fbpx
ARTIKEL

Keunggulan dan efek samping kontrasepsi pil KB

| Luvi Zhea

Pil KB

KB dilakukan dengan menggunakan alat pencegah kehamilan (kontrasepsi), dan kebanyakan yang menggunakannya adalah kaum wanita, walaupun laki-laki juga bisa mengikuti program ini. Pada wanita kontrasepsi yang umum digunakan bisa berupa pil KB, pil mini, suntik KB, implan, spiral (IUD), diafragma, koyo KB dan masih banyak lagi yang lainnya. Sedangkan pada laki-laki biasanya dengan menggunakan kondom.

Keluarga Berencana (KB) merupakan gerakan untuk membentuk keluarga yang sehat dan sejahtera dengan menunda ataupun membatasi kelahiran. Ini adalah program pemerintah Indonesia yang dilakukan sejak tahun 1970-an untuk mengontrol meledaknya populasi manusia yang tidak terkendali, sehingga berdampak pada kesenjangan ekonomi dan sosial.

Dengan mengikuti program KB, Ibu bisa merencanakan dengan baik serta bisa menentukan kapan Ibu ingin hamil, dan berapa jumlah anak yang di inginkan. Tetapi idealnya adalah dua anak cukup. Dan dalam Islam, KB tidak dilarang, selama niat dan caranya benar serta tidak bertentangan dengan agama.

Sebaiknya sebelum Ibu memutuskan untuk memilih alat kontrasepsi apa yang cocok bagi Ibu, ada baiknya Ibu mengenali lebih dalam beberapa jenis KB yang umum digunakan di Indonesia. Sehingga Ibu bisa meminimalisir efek negatif yang mungkin muncul akibat pemakaian tersebut. Dan untuk mengawalinya Luvizhea.com akan menjelaskan tetang penggunaan kontrasepsi hormonal berupa pil KB dan pil mini. Karena jenis kontrasepsi ini masih banyak yang menggunakannya. Karena selain mudah didapat, harganyapun bisa dibilang relatif lebih murah.

Apa itu pil KB?

Pil KB merupakan alat kontrasepsi hormonal. Pil KB sendiri mempunyai beberapa jenis dan manfaat yang berbeda. Seperti yang dilansirkan mayoclinic.com, bahwa pada intinya pil KB memiliki dua jenis yang paling utama, yaitu pil KB kombinasi yang mengandung Estrogen (Ethynil Estradiol) dan Progesteron (Misnorethisterone, Levonogestrel). Dan yang satunya adalah minipil yang hanya mengandung progesteron saja.

Bagaimana penggunaan dan cara kerja kontrasepsi pil KB?

Saat pertama kali melihat pil KB kebanyakan ibu akan berifikir, kenapa banyak sekali jenisnya, ya? Apalagi Ibu juga harus mengkombinasikanya ketika ingin mengkonsumsinya. Agar tidak bingung, Ibu bisa menanyakan secara detail kepada Dokter atau Bidan tempat Ibu mendapatkan pil KB tersebut.

Pada pil KB kombinasi yang biasanya dipakai mengandung 21 pil aktif dan tujuh pil tidak aktif, atau 24 pil aktif dan empat pil tidak aktif. Pil KB Kombinasi juga bisa dikategorikan menurut dosis hormon Ibu, apakah tetap sama atau berubah-ubah. Yaitu jenis pil yang mengandung kurang dari 50 mikrogram Etinil Estradiol, sejenis Estrogen, serta hormon Progesteron yang bersifat androgen dan non-androgen, yang dikenal sebagai pil dosis rendah. Pil ini diperuntukkan bagi wanita yang rentan terhadap gangguan keseimbangan hormon, namun kasus ini sebenarnya jarang terjadi.

Berbeda dengan pil KB kombinasi, semua pil dalam kemasan minipil bersifat aktif.

Baik pil KB kombinasi maupun mini pil, sebaiknya diminum setiap hari tanpa ada yang terlewat, agar proses pengamanan dapat lebih efektif. Yang perlu diingat, waktu minum antara dua pil KB tidak boleh lebih dari 36 jam. Ada pil KB tertentu yang harus diminum pada waktu yang sama setiap harinya (jeda tidak lebih dari 24 jam), namun ada juga yang waktu minum sampai 12 jam masih dapat ditoleransi. Mengapa minum pil KB tidak boleh lupa? Sebab dosis pil KB saat ini rendah. Jeda minum lebih dari 24 jam akan membuat kadar hormon kontrasepsi dalam darah semakin rendah sehingga efektivitasnya ber kurang. Apabila telanjur lupa? Misalnya saja Ibu lupa minum selama dua hari, maka Ibu bisa segera minum dua pil sekaligus. Namun bila jedanya terlewat cukup lama, maka pil harus diminum kembali ke jadwal semula.

Cara kerja alat kontrasepsi ini dengan menahan atau menekan proses terjadinya ovulasi dan mengentalkan lendir mulut rahim, sehingga sperma tidak bisa masuk ke dalam rahim. Dan yang harus Ibu ketahui juga, pil KB tidak mengugurkan kehamilan yang telah terjadi.

Pasca persalinan, kapan waktu yang tepat bagi ibu memulai KB dengan pil?

Pil KBSetelah persalinan, sebenarnya pasangan suami istri sudah bisa menggunakan alat kontrasepsi KB secepatnya, untuk mencegah kehamilan kembali dengan jarak yang terlalu dekat. Semisal dengan menggunakan kondom, selain alat kontrasepsi ini mudah ditemukan dan tidak ribet dalam penggunaanya, pastinya alat KB ini juga efektif mencegah kehamilan.

Baca juga: Waktu yang tepat berhubungan seks pasca melahirkan.

Untuk kontrasepsi hormonal dengan penggunaan pil KB, yang perlu Ibu perhatikan adalah hormon yang terkandung dalam alat kontrasepsi ini, apakah bisa mempengaruhi pada produksi ASI? sehingga Ibu akan mengalami masalah dengan sistem laktasi saat Ibu menyusui.

Apabila Ibu tidak menyusui, maka Ibu harus menunggu setidaknya tiga minggu setelah melahirkan untuk memulai kontrasepsi hormonal jenis pil kombinasi. Namun apabila Ibu menyusui, Setidaknya, tunggu sampai enam minggu, ketika suplai ASI sudah mapan. Dan Ibu mulai bisa mengambil kontrasepsi hormonal dengan memulai dosis terendah yang tersedia. Atau Ibu bisa mencoba minipil dengan kandungan Progestin atau Progesteron saja yang terbukti aman bagi bayi dan tidak memengaruhi pasokan ASI.

Baca juga: Cara meningkatkan produksi ASI saat menyusui.

Yang perlu Ibu hindari selama enam bulan pertama pasca melahirkan adalah kontrasepsi pil KB dengan kandungan Estrogen. Karena hormon ini dapat menurunkan kualitas dan kuantitas ASI.

Apa saja keunggulan kontrasepsi dengan pil KB?

Keunggulan menggunakan pil KB, antara lain:

Efektifitas pil KB lebih tinggi

Apabila dipakai secara benar dan teratur, efektivitas pil KB sangat tinggi mencapai 99% karena angka kegagalannya relatif kecil yaitu 0,1 kehamilan pada 100 wanita pemakai per-tahun. Kesalahan yang sering terjadi adalah ketika Ibu lupa menelan pil atau terlambat memulai kemasan yang baru. Dan apabila sesuai dosis dan dalam kontrol dokter Ibu tidak perlu khawatir akan resiko yang mungkin timbul karena efek samping pil KB.

Pil KB tidak menyebabkan jerawat

Beberapa pil KB yang beredar di pasaran saat ini memiliki kandungan Progesteron yang bersifat anti-androgen (Drospirenone, Cyproterone Acetate) sehingga selain memiliki manfaat sebagai pencegahan kehamilan, juga dapat mengurangi jerawat dan kelebihan rambut halus pada wajah. Soal kaitan pil KB juga bermanfaat bagi kecantikan ini pernah dibuat dalam penelitian Dr. Aleksandar Krunic, dari Northwestern University Feinberg School of Medicine, Chicago. Dari hasil riset yang dimuat di Journal of the American Academy of Dermatology ini terungkap, kombinasi kontrasepsi oral efektif bagi pengobatan jerawat wajah pada wanita. Di akhir penelitian tercatat, berkat pil KB tersebut sekitar 11% wanita benar-benar terbebas dari jerawat, dan wajahnya tampak bersih dari luka jerawat. Sekitar 74% lainnya menunjukkan penyembuhan cukup signifikan. 7,4% mengalami penyembuhan yang tak terlalu baik. Dan 7,4% partisipan sama sekali tidak menunjukkan perubahan.

Pil KB sebenarnya tidak menyebabkan kegemukan

Biasanya yang paling banyak ditanyakan dan paling ditakuti para wanita yang baru saja melahirkan dan kemudian mengkonsumsi pil KB yaitu kenaikan berat badan. Sebab mitos yang dipercaya oleh sebagian besar orang adalah pil KB dapat menyebabkan kegemukan. Benarkah demikian? Berdasarkan berbagai macam studi yang telah dilakukan menunjukan bahwa tidak ada korelasi antara pil KB dan bertambahnya berat badan. Seperti yang Luvizhea.com jelaskan diatas, pil KB dengan kandungan Progesteron yang bersifat anti-androgen memiliki Drospirenone yang dapat memberikan efek antiduretik, yang dapat mengurangi penumpukan cairan pada tubuh sehingga tidak akan menyebabkan kenaikan berat badan.

Baca juga: Pengembalian bentuk tubuh pasca melahirkan.

Seperti yang dilansir dari situs health.com, sebuah penelitian terhadap wanita yang mengonsumsi pil KB, memang mendapati wanita yang menjadi objek penelitian mengalami kenaikan berat badan. Namun, kenaikan berat badan tersebut tidak disebabkan oleh pil KB yang mereka minum. Melainkan karena meningkatnya nafsu makan, kurang olahraga, dan faktor lain yang berpengaruh pada kenaikan berat badan seorang wanita. Untuk itu, jangan menyalahkan pil KB atas kenaikan berat badan pasca melahirkan ketika Ibu mengkonsumsi pil KB. Lebih lanjut, salah satu jenis kontrasepsi yang dapat berpotensi menyebabkan kenaikan berat badan adalah Depot Medroxyprogesterone Acetate (DMPA), atau yang lebih dikenal dengan suntik KB.

Apa saja efek negatif dari penggunaan kontrasepsi dengan pil KB?

Efek jangka pendek yang sering dirasakan oleh wanita yang menggunakan kontrasepsi dengan pil KB diantaranya adalah: Mual, Sakit kepala dan rasa tidak nyaman pada payudara, Pendarahan secara tiba-tiba di luar masa haid, Gairah seks yang menurun, Berkurangnya proses Lubrikasi, Perubahan suasana hati yang terjadi secara mendadak dan lain lain.

Seperti dilansir dari healthmeup. com, ternyata pil KB juga memiliki efek buruk untuk kesehatan terutama ketika dipakai dalam jangka panjang. Kandungan hormon estrogen dalam pil KB dapat menyebabkan darah lebih mudah menggumpal. Jika sampai terbentuk gumpalan darah beku, maka dapat menyebabkan trombosis vena pada kaki. Sedangkan gumpalan darah beku pada paru-paru atau memicu serangan jantung atau stroke. Hal ini terjadi terutama apabila Ibu adalah seorang perokok aktif atau memiliki riwayat tekanan darah tinggi.

Beberapa penelitian juga menunjukkan bahwa penggunaan pil KB dalam jangka panjang juga mampu meningkatkan resiko terkena kanker payudara, kanker ovarium dan endometrium terutama di kalangan wanita berusia muda. Namun resiko ini akan menurun setelah seorang wanita menghentikan konsumsi pil KB. Sementara untuk resiko kanker serviks dan sejenis kanker hati, belum terbukti sepenuhnya terkait dengan penggunaan pil KB ini.

Hal yang perlu diperhatikan dalam penggunaan pil KB

Bagi Ibu sebaiknya menghindari konsumsi pil KB apabila memiliki ciri-ciri seperti yang Luvizhea.com sebutkan:

  • Berusia lebih dari 35 tahun.
  • Obesitas atau Berat badan berlebih.
  • Perokok atau baru saja berhenti merokok selama satu tahun.
  • Memiliki keluarga dengan riwayat penggumpalan darah beku pada usia dibawah 45 tahun.
  • Tidak mampu bergerak untuk periode yang panjang, misalnya karena menggunakan kursi roda atau kaki yang harus menggunakan gips.

Apabila Ibu hanya mengalami satu dari beberapa faktor yang disebutkan di atas, Ibu bisa mengonsumsi pil KB, tapi secara berhati-hati. Kenali efek samping yang telah disebutkan di atas dan konsultasikan dahulu pada Dokter sebelum mulai mengonsumsi pil KB.

Ibu juga sebaiknya menghindari pil KB apabila:

  • Memiliki riwayat penggumpalan darah.
  • Menderita serangan migrain yang parah
  • Memiliki gangguan empedu atau hati.
  • Memiliki kelainan jantung atau sakit jantung, termasuk Hipertensi.
  • Mengidap diabetes dengan komplikasi.
  • Mengidap kanker payudara.

Baca juga: Keunggulan dan efek samping kontrasepsi KB suntik.

Bagikan ini di: