fbpx
ARTIKEL

Hipertensi pada Kehamilan dan persalinan

| Luvi Zhea

Pemeriksaan kehamilan dengan riwayat hipertensiMenurut Wikipedia, hipertensi atau tekanan darah tinggi ini terjadi pada sekitar 8-10% ibu hamil. Kebanyakan dari mereka yang mengalami hipertensi ini, memiliki kondisi Hipertensi Primer yang sudah ada sebelumnya. Walaupun sebenarnya Kehamilan dan Persalinan itu sendiri pada dasarnya juga dapat menaikkan tekanan darah seseorang.

Sampai saat ini penyakit Hipertensi Dalam Kehamilan (HDK) masih merupakan masalah kebidanan yang belum dapat dipecahkan dengan tuntas.

Hipertensi Dalam Kehamilan merupakan salah satu dari tiga penyebab utama kematian pada ibu hamil di samping perdarahan dan infeksi.

Di Indonesia sendiri, kematian ibu melahirkan akibat hipertensi mencapai sekitar 30%. Dan bahkan masih tertinggi di Asia Tenggara. Dahulu kasus kematian ibu hamil yang paling tinggi karena perdarahan, sekarang bergeser pada Hipeternsi. Mungkin faktor perubahan gaya hidup sangat mempengaruhi kecenderungan ini. Untuk mengantisipasi hal tersebut, Kementrian kesehatan sendiri belakangan banyak mengkampanyekan para ibu hamil untuk melahirkan di rumah sakit, atau minimal di puskesmas, karena peralatan medis disana lebih lengkap.

Yang perlu ibu ketahui, tekanan darah tinggi dalam kehamilan itu juga dapat merupakan tanda awal dari Pre-eklampsia. yYaitu suatu kondisi serius yang muncul setelah ibu hamil melewati pertengahan masa kehamilan, dan dalam beberapa minggu setelah melahirkan. Biasanya hal ini banyak terjadi pada ibu muda yang baru pertama kali hamil, ibu yang hamil anak kembar, dan pada bu hamil saat usianya dibawah 20 tahun atau diatas 40 tahun.

Apa itu Pre-eklampsia pada ibu hamil?

Darah tinggi saat ibu hamilPre-eklampsia ini merupakan sindrom yang ditandai dengan tekanan darah tinggi disertai kenaikan kadar protein di dalam urin yang ditandai dengan pembengkakan pada kaki (sembab). Pre-eklampsia ini biasanya juga ditandai dengan gejala lain seperti sakit kepala, gangguan penglihatan (sering dalam bentuk kilatan cahaya), muntah, nyeri pada antara perut dan dada, dan gangguan kesadaran. Namun, masing-masing ibu hamil bisa mengalami gejala yang berbeda-beda.

Baca juga: Cara efektif mengatasi sakit kepala tanpa obat kimia, yang aman dipraktekan untuk Ibu hamil.

Jadi Ibu hamil perlu waspada, karena Pre-eklampsia muncul pada sekitar 5% kehamilan. Dan bisa menyebabkan kematian bagi Ibu hamil dan bayi bila berkembang menjadi Eklampsia.

Eklampsia adalah suatu hipertensi gawat yang menyebabkan beberapa komplikasi berat, seperti hilangnya penglihatan, pembengkakan otak, kejang Tonik-klonik, gagal ginjal, edema paru, gangguan pembekuan darah, dan gangguan lainnya yang dapat berakibat fatal.

Bagaimana mengatasi Hipertensi dan Pre-eklampsia pada ibu hamil?

Bagi Ibu hamil yang memiliki riwayat Hipertensi atau tekanan darah tinggi, untuk memperkecil kemungkinan timbulnya Pre-eklampsia dimasa kehamilan ini, ada baiknya melakukan diet makanan. Diet makanan yang dimaksud disini adalah dengan mengkonsumsi makanan rendah lemak dan mengurangi konsumsi garam (makananan dengan rasa asin).

Selain itu ibu sangat disarankan untuk istirahat yang cukup, hindari stress, melakukan pengawasan kehamilan, serta melakukan tips mengatasi hipertensi atau tekanan darah tinggi yang telah Luvizhea.com bahas pada artikel Solusi mengobati hipertensi atau tekanan darah tinggi dari berbagai macam faktor.

Tetapi untuk Ibu hamil dengan tekanan darah mencapai 150/90 sampai 180/110 mm Hg, biasanya dokter menganjurkan untuk tetap mengkonsumsi obat anti-hipertensi, seperti Metildopa dan Hidralazin.

Lalu bagaimana dengan Ibu hamil dengan tekanan darah diatas 180/110 mm Hg? Umumnya, penderita Hipertensi berat seperti ini membutuhkan perawatan khusus pra-persalinan. Untuk mencegah pembengkakan otak saat masa persalinan nantinya. Untuk itu silahkan berkonsultasi dengan Dokter kandungan Anda untuk mendapat penanganan pra-persalinan yang tepat.

Bagaimana persalinan yang tepat untuk Ibu hamil yang memilki riwayat Hipertensi?

Ekstraksi forsepMemang kehamilan dengan riwayat Hipertensi memiliki banyak risiko, tetapi bukan berarti mereka yang memiliki tekanan darah tinggi tidak boleh hamil dan melahirkan anak. Sudah banyak kasus dimana ibu yang menderita hipertensi melahirkan bayi yang sehat tanpa kekurangan apapun.

Jadi persiapan proses persalinan pada penderita Hipertensi sebaiknya telah dilakukan sejak masa awal kehamilan. Dari mulai kontrol dan penanganan yang tepat semasa hamil. Untuk memperkecil dampak (Risiko) Hipertensi terhadap persalinan, biasanya Dokter akan menggunakan cara perawatan dan kontrol yang berbeda-beda. Tergantung kondisi hipertensi tersebut.

Baca juga: Konsumsi buah ini untuk mengobati hipertensi secara alami, dan tentunya aman untuk Ibu hamil.

Persalinan dengan penderita Hipertensi sendiri biasanya dapat dilakukan dengan alat bantu berupa Forsep yang menyerupai sendok dan terbuat dari logam. Proses persalinan semacam ini akrab disebut dengan istilah Ekstraksi Forsep. Keuntungan persalinan dengan metode ini adalah selama proses persalinan ibu tidak perlu mengejan dengan kuat. Mengejan sendiri dapat menaikkan tekanan darah, karena itu persalinan normal tidak disarankan untuk dilakukan bagi ibu yang memiliki riwayat Hipertensi.

Proses persalinan dengan bantuan Forsep ini dilakukan dengan cara meletakkan Forsep di antara kepala bayi. Namun ada kalanya dilakukan juga tindakan Episiotomi untuk memperlebar jalan lahir. Setelah kepala bayi telah dicengkram dan dikunci oleh Forsep dengan benar. Baru kemudian Forsep tersebut ditarik keluar untuk membantu mengeluarkan bayi. Dengan demikian, ibu tidak perlu mengejan terlalu kuat.

Namun demikian ada juga alternatif persalinan lainnya yang aman dilakukan untuk ibu hamil dengan riwayat Hipertensi, yaitu dengan melakukan Persalinan Caesar. Untuk itu silahkan baca selengkapnya pada artikel: Keuntungan dan resiko Persalinan Caesar.

Bagikan ini di: