Terkadang saat ibu hamil melakukan pemeriksaan USG (Ultrasonografi) untuk pertama kalinya, ibu mendapati hasil dari UGG tersebut bahwa berat janin kurang dari yang seharusnya. Untuk itu ibu harus berupaya untuk mengejar ketertinggalan agar berat janin bisa kembali normal sesuai dengan usia kehamilan saat ini.
Memang dengan pemeriksaan USG, ibu dapat mengetahui berat badan janin, denyut jantung, bahkan panjang janin. Selain metode USG, biasanya Dokter juga bisa melakukan pemeriksaan penunjang lainnya seperti Fetal Cardiotocography (CTG) untuk menilai kesejahteraan janin berdasarkan pola denyut jantung janin yang dihubungkan dengan tonus (tegangan otot) rahim ibu, atau menggunakan USG Doppler untuk menilai arus darah dari tali pusat ke janin. Jadi, normal tidak kondisi maupun berat badan bayi saat lahir, sudah bisa diprediksi sejak masih dalam kandungan.
Bagaimana mengetahui dan mengenali tanda bahwa janin yang dikandung memiliki berat badan rendah?
Hal pertama yang dilakukan adalah dengan melakukan pemeriksaan USG. Untuk mengetahui tumbuh kembang janin dengan USG, biasanya Dokter akan memantaunya berdasarkan dua hal, yaitu berdasarkan usia dan perkembangannya. Misalnya, janin usia 28 minggu seharusnya memiliki berat badan 900-1.000 gram, lalu 2 minggu kemudian beratnya harus mencapai 1.200-1.350 gram, jadi harus ada kenaikan bertahap. Bila berat badan janin tidak bertambah dalam 2 minggu, maka itu bisa dikatakan perkembangan yang lambat.
Selain itu, Dokter juga akan melihat apakah ukuran janin sesuai dengan usianya atau tidak? (meski beratnya kecil, ukuran janin tersebut simetris atau tidak?). Kalau tidak simetris, misalnya ukuran kepala normal tapi bagian perutnya kecil, mungkin ada gangguan kongenital. Namun, Bila ternyata perbandingan kepala dan perut janin simetris, maka bisa dicoba dilakukan intervensi nutrisi untuk mengejar pertambahan berat badannya.
Selain dengan metode USG seperti yang telah Luvizhea.com jelaskan diatas, ibu bisa mengenali bahwa berat janin yang ibu kandung kurang (lebih rendah dari berat ideal pada usia kehamilan yang seharusnya) adalah dengan melihat berat badan ibu hamil yang juga kurang ideal selama masa kehamilan tersebut. Hal ini dibuktikan oleh sebuah penelitian yang menemukan kenaikan berat badan ibu hamil memiliki hubungan positif terhadap berat bayi saat dilahirkan, semakin besar peningkatan berat badan ibu hamil maka akan semakin tinggi berat badan bayi saat dilahirkan.
Baca juga: Menghitung berat badan ideal pada ibu hamil.
Namun yang perlu ibu ketahui, berat badan ibu saat hamil akan bertambah tidak hanya disebabkan berat badan janin, tapi juga plasenta, cairan amnion, uterus, dan lain-lain. Bisa saja berat badan ibu normal, namun berat badan janinnya kurang atau malah berlebih. Jadi, kenaikan berat badan ibu belum tentu berbanding lurus dengan kenaikan berat badan janin (ibu naik 4 kg bukan berarti janin beratnya naik 4 kg), hal itu karena cara mengukur berat badan ibu dan janin berbeda. Kalau ibu seluruhnya, tapi kalau janin tetap harus dihitung melalui pemeriksaan langsung yaitu dengan menggunakan USG, kemudian hasilnya dibandingkan dengan kurva perkiraan berat janin seusianya, barulah diketahui berat janin normal atau tidak.
Tabel perkiraan berat janin rata-rata sesuai usia kehamilan
Usia janin (Minggu) | Berat janin (gr) | Panjang janin (cm) | Pertambahan berat badan ibu hamil (kg) |
---|---|---|---|
8 | 1 | 4.0 | 0.5 |
9 | 2 | 0.7 | |
10 | 4 | 6.5 | 0.9 |
11 | 7 | 1.1 | |
12 | 14 | 9.0 | 1.4 |
13 | 25 | 1.7 | |
14 | 45 | 12.5 | 2.0 |
15 | 70 | 2.3 | |
16 | 100 | 16.0 | 2.7 |
17 | 140 | 3.0 | |
18 | 190 | 20.5 | 3.4 |
19 | 240 | 3.8 | |
20 | 300 | 25.0 | 4.3 |
21 | 360 | 4.7 | |
22 | 430 | 27.5 | 5.1 |
23 | 500 | 5.5 | |
24 | 600 | 30.0 | 5.9 |
25 | 700 | 6.4 | |
26 | 800 | 32.5 | 6.8 |
27 | 900 | 7.2 | |
28 | 1.000 | 35.0 | 7.4 |
29 | 1.175 | 7.7 | |
30 | 1.350 | 37.5 | 8.1 |
31 | 1.501 | 8.4 | |
32 | 1.675 | 40.0 | 8.8 |
33 | 1.825 | 9.1 | |
34 | 2.000 | 42.5 | 9.5 |
35 | 2.160 | 10.0 | |
36 | 2.340 | 45.0 | 10.4 |
37 | 2.500 | 10.7 | |
38 | 2.775 | 47.5 | 11.0 |
39 | 3.000 | 11.3 | |
40 | 3.250 | 50.0 | 11.6 |
Risiko bila janin yang dikandung memiliki berat badan rendah
Janin dengan berat badan kurang (lebih rendah dari yang seharusnya) berpotensi mengalami masalah kesehatan serius, seperti:
- Pertumbuhan janin yang terlambat.
- Janin dengan berat badan rendah juga sangat rentan mengalami kelahiran prematur karena umumnya mereka tidak tahan kontraksi terutama pada kehamilan trimester ketiga. Selain itu, janin juga berisiko tinggi mengalami kematian dalam kandungan.
- Nanti anaknya gampang sakit-sakitan. Dengan kata lain berisiko besar mengalami penyakit jantung, obesitas, dan diabetes di usia dewasa.
- Selain pertumbuhannya yang terhambat, perkembangan tingkat kecerdasannya juga bisa menurun, karena kekurangan asupan nutrisi untuk perkembangan sel otak selama masih dalam kandungan.
- Saat lahir bisa saja bayi memiliki berat lahir rendah (BBLR), selain itu bayi bisa juga mengalami Polisitemia atau kondisi di mana darah terlalu kental karena terlalu banyak sel darah merah, atau bayi mudah kedinginan, gula darah rendah, risiko terkena infeksi meningkat, atau mengalami sindrom gangguan pernapasan.
Baca juga: Perawatan bayi yang lahir prematur dirumah.
Faktor penyebab janin yang dikandung memiliki berat badan kurang ideal
Bila ibu menemukan hambatan atau perkembangan janin yang tidak sesuai yang terjadi pada trimester pertama kehamilan, kemungkinan besar hal tersebut karena terdapat kelainan kromosom. Bila terjadi saat memasuki trimester kedua kehamilan, masih mungkin disebabkan kelainan kromosom, tapi biasanya lebih kepada adanya masalah pertumbuhan janin akibat beberapa faktor, antara lain:
Kurangnya asupan nutrisi pada ibu hamil
Hal ini disebabkan oleh berbagai macam faktor, seperti:
- Ibu mengalami Hiperemesis Gravidarum, yaitu gejala mual muntah berlebihan dan berkepanjangan selama masa kehamilan, sehingga berpengaruh pada terganggunya asupan nutrisi ibu hamil secara keseluruhan.
- Ibu sering mengalami Anemia selama masa kehamilan, kondisi ini pada umumnya disebabkan karena kekurangan zat besi (Fe), Asam folat dan vitamin B12, sehingga mempengaruhi sirkulasi oksigen dalam darah menuju rahim.
- Ibu mengalami Pregnancy blues. Kondisi ini biasanya disebabkan gangguan hormonal yang menyebabkan kesedihan terus-menerus selama hamil. Dampaknya dapat menghilangkan nafsu makan dan kelelahan yang konstan pada ibu hamil, sehingga berpengaruh pada perkembangan janin.
Sistem transfer nutrisi dari ibu ke janin terhambat
yang menyebabkan janin tidak bertambah berat badannya secara signifikan kendati ibunya sudah mengkonsumsi makanan yang cukup nutrisi, adalah karena masalah ari-ari atau plasenta (saluran ari-ari mengalami gangguan). Itu makanya ibu hamil perlunya rajin kontrol ke Dokter untuk mengetahui kondisi janinnya.
Salah satu penyebabnya adalah karena paparan alkohol dan asap rokok saat ibu hamil (pasif maupun aktif), konsumsi keduanya menyebabkan racun masuk ke aliran darah ibu hamil dan dapat merusak plasenta, sehingga dapat merusak sumber nutrisi bagi janin dalam kandungan. Keduanya juga dapat menyebabkan kerusakan sel terutama protein dan Lapisan Lipid.
Komplikasi yang terjadi saat kehamilan, atau karena penyakit yang ibu miliki sebelum hamil
Tekanan darah tinggi (preeklampsia) yang terjadi pada ibu hamil yang memiliki riwayat hipertensi juga dapat menjadi penyebab bayi lahir dengan berat badan kurang. Misalnya saja, ibu mengalami preeklampsia saat hamil, kondisi ini menimbulkan kurangnya aliran darah ke janin, sehingga dapat membatasi tumbuh kembang janin dalam kandungan. Dalam kondisi ini, janin tidak mendapatkan nutrisi dan oksigen yang cukup.
Selain itu, ibu hamil yang memiliki riwayat penyakit diabetes juga bisa mengandung janin dengan berat badan kurang. Memang, biasanya tubuh bayi dari ibu diabetes bisa besar, tapi tidak sehat. Namun, terkadang kita mendapati pada ibu hamil yang mengalami diabetes ini dimana pembuluh darah di ari-ari (plasenta) sudah rusak, akibatnya asupan makanan bagi janin di plasenta juga terganggu sehingga berakibat pertumbuhan janin terhambat.
Ada infeksi yang dialami ibu hamil
Faktor infeksi sering kurang diperhatikan. Padahal infeksi ini juga berkontribusi pada kelahiran prematur. Infeksi bisa berasal dari gigi atau gusi, infeksi keputihan, HIV, Toxoplasmosis dan Listeria. HIV dapat ditularkan melalui plasenta ibu yang terinfeksi HIV kepada janin hingga menyebabkan gangguan perkembangan dan imun bayi sejak dalam kandungan. Sedangkan Toxoplasmosis dan Tisteria menginfeksi lewat makanan yang tidak matang atau tidak higienis.
Untuk mengetahui ada tidaknya infeksi, bisa dilakukan pemeriksaan laboratorium CRP (C-reactive protein), bila hasilnya tinggi atau lebih dari 6, berarti ada infeksi dalam 24 jam terakhir.
Kondisi fisik ibu hamil
Salah satu penelitian menunjukkan bahwa wanita yang berbadan kurus atau dengan IMT < 18,5 memiliki peluang dua kali lebih besar mengandung janin dengan berat badan rendah dibandingkan individu dengan IMT normal. Jadi ini mungkin dipengaruhi juga oleh faktor genetik.
Selain itu, Janin dengan berat lahir rendah pada umumnya ditemukan pada ibu yang hamil saat usia remaja (15-19 tahun). Tubuh seorang wanita usia remaja belum siap untuk mengalami kehamilan, hal ini dapat disebabkan oleh kecukupan nutrisi pada usia tersebut. Akibatnya, risiko melahirkan berat bayi lahir rendah (BBLR) menjadi lebih tinggi (50%) dibandingkan usia normal untuk menjalani kehamilan ( 20-29 tahun).
Selain itu juga, bila waktu kehamilan terlalu berdekatan dengan waktu melahirkan anak sebelumnya, maka kemungkinan tubuh ibu belum menyimpan nutrisi yang cukup untuk kehamilan selanjutnya. Apalagi kebutuhan nutrisi akan meningkat saat ibu hamil, dan akan lebih tinggi lagi bila ibu mengalami kehamilan dan harus memberikan ASI secara bersamaan, sehingga meningkatkan risiko bayi yang kedua lahir dalam kondisi berat lahir rendah.
Suatu penelitian di India menemukan bahwa Ibu yang melahirkan bayi dengan berat lahir rendah cenderung memiliki interval kelahiran yang lebih singkat. Rata-rata BBLR terjadi pada ibu yang melahirkan dengan jarak hanya 24 bulan dari kelahiran yang sebelumnya.
Menambah berat janin dalam kandungan agar sesuai usia kehamilan
Untuk dapat menambah berat badan janin secara efektif, salah satu hal yang paling penting diketahui adalah penyebab mengapa janin dalam kandungan memiliki berat badan yang kurang? Dengan demikian akan mudah mengambil langkah untuk meningkatkan berat badan janin.
Bila berat janin kurang karena suatu masalah (misalnya karena ibu hamil mengalami Anemia, Hiperemesis Gravidarum, ataupun Hipertensi), maka harus diatasi dulu masalah tersebut, kemudian melangkah dengan mengatur pola diet pada ibu hamil untuk mengontrol berat badan pada ibu hamil tersebut. Karena umumnya selama berat badan ibu terkontrol dengan baik, maka berat badan janin juga ikut terkontrol. Itulah mengapa, untuk mengontrol berat badan janin bisa dilakukan dengan mengontrol berat badan pada ibu hamil.
Berikut cara agar berat janin dalam kandungan cepat naik dengan mengatur pola diet pada ibu hamil:
- Menambah porsi makan untuk 2 orang (2 kali lipat) saat hamil sebenarnya tidak perlu, cukup menambah 20 persen dari makanan yang dikonsumsi, yang mengandung karbohidrat, lemak tak jenuh, kalsium dan protein yang lebih banyak.
- Mengkonsumsi daging ayam atau sapi yang sehat untuk memenuhi kebutuhan protein tubuh selama masa kehamilan. Hindari konsumsi daging setengah matang.
- Perbanyak mengkonsumsi ikan laut sepeti ikan salmon, ikan tenggiri dan lain sebagianya.
- Perbanyak mengkonsumsi buah-buahan dan sayur-sayuran setiap hari, terutama yang kaya kandungan serat, vitamin C, vitamin B12, Zat besi, dan Asam folat.
- Minumlah susu untuk Ibu hamil setiap hari secara rutin pagi dan sore hari atau malam sebelum tidur. Bila tidak suka susu untuk ibu hamil bisa menggantinya dengan minum susu Full Cream.
- Mengkonsumsi camilan sehat seperti biskuit khusus ibu hamil, yogurt, kue manis dan es krim. Banyak yang menyarankan untuk ibu hamil dengan berat janin kurang untuk makan es krim dan minum susu, karena hal ini bisa diandalkan untuk menambah bobot janin, karena kandungan karbohidrat dan proteinnya yang cukup tinggi.
- Hindari makanan yang pedas. Hal ini karena makanan pedas dapat berakibat mendorong pelepasan hormon Prostaglandin dalam kandungan ibu hamil. Hormon tersebut bila dilepaskan dalam kadar yang banyak, maka akan menyebabkan otot-otot halus pada ibu hamil mengalami kontraksi, yang membuat ibu hamil mengira bahwa akan segera melahirkan.
- Hindari minuman bersoda dan berkafein.
- Perbanyak minum air putih minimal 2 liter sehari atau 8 gelas per hari agar terhindar dari dehidrasi serta mencegah gangguan kehamilan seperti mual, pusing dan pegal-pegal atau sakit punggung.
Selanjutnya bisa diikuti dengan pola hidup sehat, seperti:
- Sementara waktu ibu harus banyak istirahat, bahkan bila diperlukan istrirahat total (Bedrest).
- Minum suplemen atau multivitamin untuk Ibu hamil yang diresepkan oleh dokter.
- Jauhi hal-hal yang dapat menimbulkan diri ibu mengalami stres seperti cemas, kelelahan, ketakutan yang berlebih. Stres dapat membuat ibu hamil tidak selera makan, sehingga menyebabkan janin tidak mendapatkan nutrisi yang cukup dan bisa mengakibatkan berat badan janin kurang.
- Olahraga secara rutin. Olahraga bisa membuat badan ibu hamil menjadi segar dan bugar, dan juga dapat melancarkan peredaran darah dan distribusi nutrisi ke janin.
Untuk mengevaluasi tumbuh kembang janin serta kondisi kandungan ibu, sebaiknya ibu hamil rutin memeriksakan kehamilan pada fasilitas medis terdekat agar perkembangan janin selalu terpantau. Atau segeralah ke Dokter bila mengalami gangguan kehamilan yang tidak diinginkan. Misalnya, segeralah berkonsultasi ke Dokter Gizi bila beberapa minggu sebelum tiba masa persalinan ibu mendapati berat janin masih kurang. Sehingga, nantinya Dokter Gizi akan memberi saran terkait ukuran kalori yang harus diasup ibu hamil untuk mengejar ketertinggalan berat badan pada janin yang ibu kandung. Dan ingat, Jangan mengkonsumsi segala bentuk obat atau produk nutrisi tanpa sepengetahuan Dokter, karena dapat mempengaruhi kesehatan ibu hamil dan janin secara keseluruhan.
Baca juga: Makanan yang perlu dihindari untuk ibu hamil.