Jadi, Nifas sebenarnya hampir sama dengan menstruasi (haid), yaitu ditandai dengan keluarnya darah dari dalam rahim. Namun proses atau jangka waktunya lebih lama karena rahim membutuhkan waktu lebih lama untuk memulihkan diri setelah kehamilan tersebut terjadi.
Apakah masa Nifas saat melahirkan Caesar sama seperti Nifas saat melahirkan normal?
Ya, tentu saja ibu yang bersalin dengan cara Caesar (Sesar) akan mengalami periode masa Nifas sama seperti halnya saat ibu melahirkan normal, yaitu umumya terjadi selama 40 hari. Hanya saja, proses kesembuhan organ-organ bagian dalam sedikit berbeda karena persalinan Caesar dilakukan dengan membuka lapisan demi lapisan perut, dari otot perut, dinding perut, hingga dinding rahim.
Selain itu, karena pada lapisan-lapisan yang dibuka saat operasi Caesar tersebut dilakukan proses penjahitan kembali, maka kondisi ini juga akan berdampak pada masa Nifas yang cenderung lebih lama, yaitu bisa sekitar 2-3 bulan. Jadi bagi ibu yang melahirkan dengan operasi Caesar, bila sampai 3 bulan masih keluar flek darah, maka masih bisa dianggap normal. Namun tetap harus melakukan kontrol rutin ke Dokter kandungan, untuk memastikan sekali lagi bahwa semua memang baik-baik saja.
Pentingnya kontraksi Uterus (rahim) pasca melahirkan selama masa Nifas
Begitu pentingnya kontraksi perut pasca melahirkan, membuat para Dokter, Perawat atau Bidan yang membantu proses ibu melahirkan biasanya akan memberikan pijatan pada bagian Uterus, serta memberikan Oxytocin Sintetis (Pitocin) agar dapat merangsang kontraksi pada Uterus bila Uterus tersebut tidak terkontraksi dengan baik setelah persalinan.
Namun bagi ibu yang langsung menyusui bayinya pasca melahirkan, Aktivitas menyusui ini justru dapat menghasilkan Oxytocin alami yang diproduksi oleh tubuh. Sehingga aktifitas menyusui akan membantu Uterus ibu untuk berkontraksi secara alami. Itu sebabnya ibu mungkin akan merasakan kram saat sedang menyusui bayi, dan ini adalah normal.
Kontraksi menjadi penting karena tanpa adanya kontraksi-kontraksi yang kuat, ibu dapat mengalami ancaman perdarahan pasca melahirkan. Mengapa demikian? Karena ketika plasenta memisahkan diri dari Uterus, beberapa pembuluh darah yang terputus mulai mengeluarkan darah ke area Uterus. Setelah plasenta keluar dari vagina, Uterus akan terus berkontraksi sehingga pembuluh darah menjadi tertutup dan pendarahan yang terjadi pun akan semakin berkurang.
Kontraksi pada Uterus (rahim) juga akan membuat rahim menjadi cepat bersih, karena kontraksi akan mendorong jaringan sisa plasenta, sel dinding rahim, sel lemak janin, rambut janin (lanugo) untuk segara keluar dari dari dalam rahim sehingga tidak menimbulkan infeksi atau komplikasi pasca melahirkan.
Selain itu, kontraksi tersebut juga akan membuat ukuran rahim kembali seperti semula. Yang pada saat hamil besarnya cukup untuk kapasitas janin seberat 3-4 kg, begitu melahirkan akan mengecil menjadi hanya sekitar 2 kepalan tangan laki-laki dewasa. Sekitar dua minggu kemudian, akibat adanya kontraksi ini, rahim akan mengecil lagi menjadi satu kepalan tangan hingga menjadi sebesar telur ayam, sampai akhirnya tidak lagi dapat teraba di perut.
Berapa lama normalnya masa Nifas berlangsung?
Periode normal masa Nifas (keluarnya Lochia) dalam dunia medis diperkirakan berlangsung selama 6 minggu atau 42 hari, sama dengan periode masa Nifas dalam agama Islam (yaitu 40 hari). Namun demikian periode tersebut bisa saja berlangsung kurang dari satu minggu atau bahkan lebih, hingga 2 bulan (60 hari).
Sama dengan persalinan normal, ibu yang menjalani persalinan dengan cara operasi Caesar juga mengalami masa Nifas selama kurang lebih 40 hari. Hanya saja, seperti yang telah Luvizhea.com jelaskan diawal, proses pemulihan organ reproduksi bagian dalam membutuhkan waktu yang lebih lama.
Pola perdarahan yang seharusnya keluar selama masa Nifas berlangsung
Keluarnya sekret atau cairan dari jalan lahir pada masa Nifas disebut Lochia. Lochia ini terdiri dari peluruhan dari dinding rahim setelah melahirkan, disertai darah dan bakteri. Peluruhan ini akan terus terjadi hingga terbentuk lapisan dinding rahim yang baru.
Seiring dengan proses kembalinya dinding rahim menuju normal, Lochia akan mengalami perubahan warna, konsistensi dan jumlah. Secara garis besar keluarnya lochia dibagi menjadi 4 tahap :
1. Lochia Rubra
Pada hari-hari awal setelah melahirkan, Lochia yang keluar mengandung darah dalam jumlah banyak bercampur dengan jaringan sisa plasenta, sel dinding rahim, sel lemak janin, rambut janin (lanugo), dan kotoran janin, sehingga akan terlihat berwarna merah seperti layaknya darah menstruasi yang disertai juga gumpalan-gumpalan jaringan sisa. Dan ini biasanya akan berlangsung hingga 3 hari.
2. Lochia Sanguelenta
Pada tahapan berikutnya, jumlah sekret atau cairan yang keluar tersebut akan sedikit berkurang, berwarna merah kehitaman dan berlendir, biasanya tahapan ini akan berlangsung sekitar 1-2 minggu.
3. Lochia Serosa
Lama-kelamaan cairan yang keluar dari jalan lahir akan berubah warna menjadi kecoklatan atau merah muda, karena berisi serpihan jaringan, sel darah merah dan sel darah putih, serta sisa lendir mulut rahim. Selain itu jumlahnya juga akan semakin berkurang. Dan biasanya tahapan ini berlangsung pada 2 minggu hingga 1 bulan setelah melahirkan.
4. Lochia Alba
Pada saat ini, keluarnya cairan dari jalan lahir berwarna putih atau putih kekuningan atau warna kekuningan lalu bening. Karena Lochia pada tahapan ini berisi sedikit sel darah merah dan banyak sel darah putih, serpihan jaringan pelapis dinding rahim, kolesterol, lemak dan lendir.
Tahap ini biasanya terjadi mulai minggu ketiga hingga keenam setelah melahirkan. Lokia alba merupakan darah Nifas yang terakhir keluar, dan sebagai penanda hampir berakhirnya masa Nifas.
Mengapa masa Nifas lama tidak berhenti?
Berdasarkan hasil riset, 13% wanita yang melahirkan mengalami masa Nifas yang lebih panjang, yaitu hingga 60 hari. Sehingga bila ada wanita yang mengalami masa Nifas tidak berhenti hingga 2 bulan sejak ia melahirkan, maka itu masih bisa dikatakan normal.
Lalu bagaimana bila masa Nifas tersebut terjadi lebih dari 60 hari? Bila masa nifas terjadi lebih dari 60 hari bahkan hingga 3 bulan belum juga berhenti, sebaiknya diperiksakan lebih lanjut ke Dokter Kandungan. Karena kemungkinan besar itu bukan lagi darah Nifas, melainkan darah penyakit atau pendarahan aktif yang terjadi, akibat:
- Adanya luka pada jalan lahir atau struktur kandungan saat proses persalinan.
- Tertinggalnya sisa jaringan dalam rahim.
- Kontraksi rahim kurang baik, biasanya karena ibu mengalami Anemia.
- Terjadi Infeksi.
- Gangguan pembekuan darah.
Untuk itu, kenali pola pendarahan yang terjadi. Normalnya telah Luvizhea.com jelaskan pada 4 tahap Lochia diatas. Atau, singkatnya, pola perdarahan yang seharusnya terjadi berupa darah merah (sisa-kehitaman), lalu diikuti flek hingga memudar dan menghilang. Apabila tidak mengikuti pola demikian (semakin kesini darah yang keluar tetap darah segar) kemungkinannya adalah perdarahan aktif masih terjadi, dan harus segera diperiksakan untuk mendapatkan penaganan yang tepat. Mungkin diperlukan pemeriksan darah, spekulum dan USG untuk menunjang diagnosis.
Dan kondisi ini sebaiknya jangan dibiarkan, karena bisa menyebabkan pengeluaran darah secara terus menerus selama penyebabnya belum ditemukan, selain itu hal ini bisa berakibat fatal karena ibu bisa kehilangan banyak darah.
Waspada terjadi infeksi pada saat masa Nifas
kesehatan ibu pasca persalinan sangat penting untuk diperhatikan, mengingat masalah-masalah (komplikasi) pasca persalinan mungkin saja terjadi.
Adapun faktor risiko terjadinya infeksi pada masa Nifas biasanya dikarenakan:
- Adanya penurunan daya tahan tubuh seperti kelelahan, kurangnya asupan nutrisi, atau adanya infeksi lain yang dimiliki ibu sebelumnya seperti TBC paru, dan lain-lain.
- Ibu yang megalami persalinan yang lama, sehingga ketuban pecah lama.
- Ibu yang mengalami operasi, dan adanya sisa persalinan yang tertinggal seperti: sisa jaringan ketuban, bekuaan darah dan juga sisa ari-ari.
Untuk itu sebaiknya ibu selalu waspada dan segera memeriksakan diri ke Dokter bila mengalami kondisi:
- Demam dan menggigil.
- Keluarnya sekret (Darah atau cairan Nifas) berbau tajam.
- Perut bagian bawah terasa sakit.
- Perdarahan tetap terus menerus terjadi dalam jumlah yang banyak.
Pantangan yang harus dihindari selama masa Nifas
Berhubungan Suami Istri
Selai itu, ibu juga rentan terkena infeksi rahim sebab rahim belum pulih sepenuhnya dan belum siap bila digunakan untuk berhubungan suami istri (tidak memiliki waktu untuk memulihkan diri pasca kelahiran), dan mungkin serviks masih melebar.
Bukan hanya itu saja, berhubungan suami istri segera setelah persalinan berefek buruk bagi kesehatan wanita karena risiko pendarahan mungkin akan berlanjut.
Untuk itu penting bagi ibu untuk mengetahui kapan waktu yang tepat berhubungan seks pasca melahirkan.
Pemakaian Stagen atau Korset yang terlalu kencang.
Banyak orang jaman dulu yang menganjurkan ibu yang sehabis melahirkan untuk memakai ikat perut berupa Stagen atau Korset. Alasannya bahwa dengan memakai Stagen atau ikat perut tersebut bisa mengembalikan bentuk perut yang melar kembali ke bentuknya semula. Padahal untuk mengembalikan bentuk perut seperti semula ibu harus melakukan olahraga mengencangkan otot perut, dan tentunya setelah masa Nifas berakhir.
Pada dasarnya, dunia kedokteran tidak menganjurkan setiap pasien bersalin untuk memakai Stagen. Hal ini karena Stagen tidak memeberikan efek positif dalam mengecilkan atau mengencangkan perut karena sifatnya yang pasif. Pada saat memakai Stagen, perut ibu memang terasa kencang, namun setelah Stagen dilepas, perut akan kembali kendur seperti semula.
Selain itu penggunaan Stagen dapat memperburuk rahim yang sedang mengeluarkan darah Nifas. Penggunaan Stagen yang terlalu mengikat bisa membuat rahim tertekan, sehingga bisa menimbulkan rasa tidak nyaman dan darah Nifas bisa menempel di dinding rahim. Bila hal itu terjadi akibatnya adalah jangka panjang ibu dapat menderita Kista atau Miom dikemudian hari.
Pemakaian Gurita lebih diperbolehkan daripada Stagen, karena Gurita tidak membalut perut ibu terlalu kencang seperti Stagen.
Angkat beban berat
Pasca melahirkan, ibu dilarang untuk mengangkat beban berat, terutama selama masa Nifas. Alasannya adalah otot rahim tersebut akan tegang saat digunakan untuk mengangkat beban berat, padahal kondisi rahim belum sepenuhnya pulih. Jadi otot rahim tidak boleh terbebani dengan mengangkat beban yang berat, sebab hal itu bisa membahayakan bagi kondisi rahim ibu, karena dapat menyebabkan pendarahan yang hebat. Selain itu bagi ibu yang memiliki Jahitan Episiotomi ataupun jahitan karena melakukan Persalinan Caesar, dengan mengangkat beban berat, malah bisa menyebabkan jahitan tersebut terbuka.
Pijat Perut
Hal yang tidak boleh dilakukan lagi oleh ibu adalah melakukan pemijatan (pengurutan) di bagian perut. Orang jaman dahulu banyak yang mengatakan bahwa rahim yang baru saja digunakan untuk melahirkan mengalami perubahan posisi (Peranakan Turun), sehingga untuk membuatnya tetap berada di atas atau mengembalikan posisinya, harus dilakukan pemijatan di bagian perut yang biasa dilakukan oleh Dukun Bayi. Namun, sekarang hal tersebut merupakan pantangan yang tidak boleh dilakukan. Karena apabila rahim yang belum normal dilakukan pemijatan bisa menyebabkan terjadinya pendarahan dan infeksi pada rahim. Jadi apabila setelah pemijatan dilakukan, ibu merasakan nyeri pada bagian perut, hal itu bisa menjadi penanda bahwa ada infeksi di dalam rahim.
Yang harus dilakukan selama masa Nifas
Beristirahat dengan cukup
Beberapa hari setelah proses persalinan, sebaiknya ibu beristirahat dengan cukup diselah-selah waktu merawat bayi yang baru lahir. Karena bila ibu terlalu banyak melakukan aktifitas, ibu bisa mengalami pendarahan dalam waktu yang lebih lama, atau mulai mendapatkan pendarahan lagi setelah Lochia yang ibu alami mulai melambat atau bahkan berhenti.
Ketika bercak darah mulai muncul lagi setelah jumlah Lochia yang keluar mulai berkurang, ini bisa menandakan bahwa ibu harus memiliki waktu istirahat yang lebih banyak. Namun bila ibu terus mendapatkan bercak-bercak ini setelah mengurangi aktifitas selama beberapa hari, Ibu harus segera berkonsultasi dengan Dokter kandungan.
Cukupi asupan gizi yang dibutuhkan tubuh
Makanan sehat dan bergizi akan membantu tubuh memulihkan diri dengan cepat. Makanan sehat juga akan memberikan tubuh lebih banyak energi sehingga ibu akan merasa lebih baik secara keseluruhan. Untuk itu sangat disarankan bagi ibu pasca melahirkan untuk mengkonsumsi makanan yang banyak mengandung protein, karbohidrat, serat, dan lemak dalam perbandingan yang sehat. Serta minum paling tidak 8 gelas air setiap hari.
Selain itu, ibu juga perlu meningkatkan asupan kalsium hingga sekitar 200 mg setiap hari. Karena selama masa kehamilan, banyak kalsium tubuh yang diserap oleh janin, sehingga ibu mungkin kekurangan kalsium setelah melahirkan. Untuk itu, ibu sebaiknya minum susu, makan produk olahan dari susu, serta mengkonsumsi ikan seperti ikan sardin maupun ikan salmon yang banyak mengandung kalsium.
Tingkatkan juga asupan zat besi dan asam folat, karena zat tersebut sangat dibutuhkan dalam pembentukan sel darah merah agar ibu tidak mengalami Anemia, karena setelah melahirkan ibu biasanya akan kehilangan banyak darah. Masalah Anemia ini juga akan membuat rahim tidak mampu berkontraksi sehingga proses pemulihan rahim akan semakin lama dan dapat memperburuk keadaan seperti yang telah Luvizhea.com sebutkan diatas. Jadi, masukkan menu makanan yang kaya akan zat besi dan asam folat dalam menu makanan ibu sehari-hari seperti sayuran berdaun hijau dan buah-buahan. Atau bila perlu ibu juga bisa minum suplemen penambah darah yang telah diresepkan oleh Dokter.
Sering Buang Air Kecil
Beberapa hari setelah melahirkan, kandung kemih mungkin akan berkurang sensitifitasnya dibandingkan ketika ibu berada dalam keadaan normal. Sehingga ibu mungkin tidak akan merasakan keinginan untuk Buang Air Kecil meskipun kandung kemih tersebut sudah cukup penuh.
Jadi, sering-seringlah ibu untuk Buang Air Kecil meski ibu tidak merasakan adanya dorongan untuk Buang Air Kecil. Karena Kandung kemih yang penuh selain dapat menimbulkan beberapa masalah, juga dapat membuat Uterus (rahim) menjadi sulit untuk berkontraksi. Sehingga membuat ibu merasa kesakitan, mengalami infeksi saluran kencing hingga mengalami pendarahan.
Menjaga kebersihan jalan lahir setelah persalinan untuk menghindari infeksi yang berasal dari luar.
Pasca melahirkan, pendarahan vagina baik sedang hingga berat umumnya terjadi karena rahim masih mengeluarkan sisa-sisa kehamilan. Untuk itu penggunaan pembalut diperlukan sebagaimana ketika ibu sedang menstrusi. Untuk itu, sebaiknya pembalut tersebut diganti paling tidak 4 jam sekali walaupun darah yang keluar sedikit-sedikit. Hal ini agar ibu terhindar dari Toxic Shock Syndrome (TSS), yaitu infeksi dari bakteri yang tumbuh di dalam pembalut dan masuk ke dalam tubuh melalui vagina.
Selain itu, untuk menghindari kemungkinan infeksi, ibu juga tetap harus menjaga kebersihan tubuh secara keseluruhan, yaitu dengan mandi 2 kali sehari. Dan hindari menyemprotkan air dengan sabun disinfektan atau bahan kimia lainnya di sekitar vagina. Karena hal ini dapat menimbulkan iritasi pada bagian tersebut dan menyebabkan infeksi.
Melakukan senam Nifas
Melakukan senam Nifas yang dilakukan pada saat Nifas atau setelah melahirkan menjadi salah satu solusi melewati masa Nifas dengan lebih baik. Caranya dengan menekankan pada latihan pernapasan dan perut. Senam ini jauh lebih bermanfaat dalam mengembalikan kekecangan perut ibu setelah melahirkan. Karena selain lebih sehat juga tidak terlalu menyiksa (memberatkan).
Baca juga: Cara mengecilkan perut dan mengencangkan otot perut pasca melahirkan.
Apakah boleh mengkonsumsi jamu tradisional saat masa Nifas?
Banyak orang yang menyarankan untuk mengkonsumsi jamu Kunyit Asam (Kunir Asem) selama masa Nifas setelah melahirkan atau setelah ibu mengalami keguguran. Jamu tradisonal tersebut memang telah digunakan sejak lama bahkan sebelum obat modern ditemukan.
Apabila ibu ingin mengkonsumsinya, ada baiknya ibu membuat ramuannya sendiri di rumah. Karena selain lebih terjaga kehigienisannya, jamu tersebut bebas dari zat kimia tambahan. Jamu Kunyit Asam telah lama dipercaya mampu membersihkan organ dalam kewanitaan, meningkatkan stamina serta dapat mengobati peradangan yang mungkin timbul.
Hal ini berdasar uji ilmiah bahwa kunyit memiliki khasiat sebagai Anti-inflamasi. Sedangkan asam jawa memiliki khasiat untuk mengencerkan darah yang menggumpal (seperti saat digunakan untuk mengatasi haid tidak teratur). Sehingga dengan ramuan jamu Kunyit Asam dapat juga mengurangi rasa nyeri pada perut pasca melahirkan.
Cara pembuatan ramuan Kunyit Asam ini juga cukup mudah. Yaitu dengan mencampurkan parutan kunyit dengan 3 gelas air dan diberi asam jawa secukupnya, kemudian rebus hingga mendidih. Agar rasanya lebih nikmat Anda bisa tambahkan juga gula jawa lalu aduk hingga merata. Setelah ramuan mendidih diamkan hingga dingin kemudian saring dan ramuan Kunyit Asam ini siap diminum.
Baca juga: Cara mengembalikan bentuk tubuh kembali seperti semula pasca melahirkan.