Untuk itu berikut Luvizhea.com berikan beberapa perbedaan gejala dan penyebab dari nyeri dada yang mungkin sering kita temukan, sehingga kita bisa membedakan mana nyeri dada yang membutuhkan penanganan darurat dan mana yang tidak (tetapi tetap membutuhkan penanganan dan perawatan yang tepat) sehingga nyeri dada tersebut bisa teratasi dengan baik.
Nyeri dada yang berhubungan dengan masalah Paru-paru
Hampir semua penyakit yang berhubungan dengan paru-paru dapat menimbulkan gejala nyeri dada, seperti halnya:
- Emboli paru, yaitu suatu kondisi dimana terjadi gumpalan darah atau udara yang menyumbat pembuluh darah paru paru (Arteri Pulmonalis), sehingga menghalangi aliran darah ke jaringan paru-paru. Sebagai akibatnya akan menimbulkan rasa nyeri pada area dada.
- Pleuritis, yaitu radang pada selaput yang melapisi paru paru. Hal ini akan menyebabkan nyeri dada yang terasa lebih sakit ketika menarik nafas dan ketika batuk.
- Hipertensi Pulmonal, yaitu tekanan darah tinggi di dalam arteri yang membawa darah ke paru-paru sehingga hal ini juga dapat menimbulkan rasa nyeri di dada.
- Pneumothorax, yaitu adanya udara di antara kedua lapisan yang membungkus paru-paru, atau bisa juga terjadi kebocoran udara dari paru-paru ke rongga dada (Pleura).
- Pneumonia atau paru paru basah.
- Bronkitis, yaitu infeksi pada saluran udara utama dari paru-paru atau bronkus yang menyebabkan terjadinya peradangan atau inflamasi pada saluran udara tersebut.
- Tuberkulosis (TBC), yaitu suatu penyakit yang paling sering menyerang paru-paru dengan gejala utama berupa batuk berdahak yang berlangsung selama lebih dari 21 hari. Batuk juga terkadang dapat mengeluarkan darah. Selain batuk, pengidap TB biasanya juga akan kehilangan nafsu makan, sehingga mengalami penurunan berat badan yang disertai demam dan kelelahan.
Nyeri dada yang diakibatkan oleh masalah pada paru-paru seperti yang telah Luvizhea.com sebutkan diatas biasanya bersifat tumpul dan tidak terlokalisasi seperti halnya nyeri akibat jantung. Selain itu rasa nyeri tidak diiringi gejala simpatis seperti: berkeringat dingin, jantung berdetak cepat, mual hingga muntah. Hanya saja umumnya nyeri dada akibat paru-paru ini juga tidak berdiri sendiri, melainkan bersama gejala penyakit yang ditimbulkan dari masalah paru-paru lainnya, seperti: batuk, demam, dan sesak napas.
Untuk menegakkan diagnosis yang berhubungan dengan masalah paru-paru bisanya dilakukan dengan metode X-ray pada rongga dada.Namun bukan hanya untuk memeriksa masalah paru-paru saja, X-ray juga biasa digunakan untuk memeriksa bentuk dan ukuran jantung, serta pembuluh darah untuk mengetahui masalah yang ada.
Nyeri dada yang berhubungan dengan organ pencernaan
Beberapa penelitian menunjukan bahwa 30-40 persen pasien yang berobat dengan keluhan nyeri dada ternyata diakibatkan oleh sakit maag (Gastritis), yaitu peradangan yang terjadi pada lambung akibat pengeluaran asam lambung yang berlebih.
Umumnya maag akan menimbulkan gejala nyeri ulu hati, mual, kembung, dan muntah, hingga nyeri dada dengan sensasi rasa panas atau terbakar pada area dada bagian tengah. Hal ini karena saluran pencernaan di daerah dada berhubungan dengan organ lambung atau esofagus (kerongkongan).
Sekedar informasi, nyeri dada akibat sakit jantung biasanya juga disertai sensasi rasa mual, sama seperti gejala nyeri dada yang diakibatkan karena sakit maag ini. Untuk membedakannya, nyeri dada yang diakibatkan sakit maag biasanya juga disertai dengan gejala lain seperti sering bersendawa, perut terasa kembung, begah, menimbulkan rasa asam atau pahit di mulut, dan keluhan tersebut akan membaik setelah Anda mengkonsumsi obat maag.
Namun, ternyata nyeri dada yang diakibatkan oleh masalah pencernaan ini bukan hanya karena sakit maag saja, melainkan bisa juga diakibat beberapa faktor masalah pencernaan lainnya, seperti:
- Refluks Gastroesofageal (heartburn), yaitu suatu kondisi dimana klep antara lambung dan kerongkongan tidak berfungsi dengan baik sehingga asam lambung bisa naik ke atas kerongkongan dan akan menimbulkan sakit dada berupa rasa panas seperti terbakar.
- Disfagia, dimana seseorang mengalami kesulitan menelan sehingga hal ini juga dapat menimbulkan rasa sakit di dada.
- Masalah lain, seperti halnya batu empedu atau radang kandung empedu atau peradangan pada pankreas ini juga dapat menyebabkan nyeri perut yang menjalar sampai ke dada.
Nyeri dada yang berhubungan dengan otot, persendian ataupun tulang dada
Untuk mengetahui nyeri dada yang di sebabkan oleh masalah otot, persendian ataupun tulang biasanya muncul (semakin nyeri) apabila bagian tersebut ditekan, atau muncul dengan perubahan posisi. Dengan kata lain nyeri akibat otot tersebut berubah-ubah intensitasnya oleh gerakan tubuh. Nyeri terkadang terasa lebih sakit pada suatu gerakan atau posisi tertentu, misal nyeri bertambah sakit saat mengangkat lengan kiri, saat menarik napas dalam-dalam, dan sebagainya. Sifat nyerinya juga tajam, sensasi seperti ditusuk-tusuk.
Nyeri seperti ini membaik dengan Antinyeri seperti paracetamol, ibuprofen (3 x 200 mg) per hari atau obat Antiinflamasi lainnya. Atau bisa juga disertai dengan kompres hangat (hot packs) selama kurang lebih 10 menit dan pemijatan di area otot dada atau bagian yang sakit, dengan begitu hal ini juga dapat membantu meredakan nyeri tersebut. Namun, apabila hal di atas tidak membantu, maka sebaiknya Anda memeriksakan diri untuk mencari tahu penyebab nyeri dada yang Anda alami.
Berikut penyebab nyeri dada yang umum terjadi, yang berhubungan dengan otot, pensendian ataupun tulang pada area dada:
- Muscle spasm, adalah penyebab nyeri dada yang paling sering disangka oleh sebagian orang sebagai nyeri dada akibat jantung. Muscle spasm dapat timbul setelah olahraga maupun setelah aktivitas fisik sehari-hari, seperti mengangkat barang. Muscle spasm ini juga sering dialami oleh anak-anak yang aktif.
- Costochondritis, yaitu radang yang terjadi pada tulang rawan rusuk. Hal ini tentu akan menimbulkan nyeri dada pada bagian tertentu yang terlibat.
- Fibromyalgia, yaitu sindrom nyeri kronis yang menyebabkan nyeri otot dada yang dapat dirasakan berkepanjangan (kambuh-kambuhan).
- Cedera Tulang Rusuk, seperti tulang rusuk yang memar atau retak atau patah akibat trauma dapat menyebabkan nyeri dada pada bagian yang terlibat. Namun pada kasus ini kita sudah mengetahui penyebabnya dari nyeri dada tersebut yaitu karena trauma yang kita alami.
Nyeri dada yang berhubungan dengan masalah payudara
Pada beberapa wanita, organ payudara tidak jarang menjadi sumber dari rasa nyeri yang muncul di dada. Misalnya saja saat sedang menstruasi, payudara akan terasa sakit hingga menjalar ke dalam dada. Sejumlah penyakit lain pada payudara, seperti infeksi, peradangan pada jaringan payudara (Mastitis), sumbatan saluran susu, tumor atau kanker payudara juga dapat menyebabkan nyeri hingga ke dada. Namun, biasanya nyeri hanya terlokalisasi di sekitar payudara, yang dengan penekanan akan terasa lebih sakit.
Nyeri dada yang berhubungan dengan masalah Kulit
Mungkin diantara kita tidak menyangka bahwa masalah kulit ini juga bisa menimbulkan rasa nyeri pada dada. Misalnya saja seperti kasus Herpes Zoster. Gejala awal dari gejala herpes ini biasanya pasien akan mengalami demam, sesak napas, terasa pegal pada salah satu bagian tubuh, menggigil, nyeri dipersendian, dan apabila muncul diarea dada maka akan menimbulkan rasa nyeri pada area dada tersebut.
Rasa nyeri di dada ini bisa terjadi hanya sebelah kanan atau kiri saja, sehingga banyak yang menyangka nyeri dada tersebut akibat masalah lainnya yang lebih gawat, apalagi rasa nyeri tersebut seringkali disertai rasa kesemutan. Namun penyebab nyeri dada yang sebenarnya (karena Herpes Zoster ini) akan segera diketahui setelah timbul lesi pada kulit berupa gelembung-gelembung berisi cairan yang berkelompok. Hespes zoster ini disebabkan oleh reaktivasi dari virus cacar air atau herpes virus hominis (HSV).
Baca juga: Cara mengobati herpes.
Nyeri dada yang berhubungan gangguan pada Jantung
Seperti yang banyak dicurigai orang tentang nyeri dada, Nyeri dada selalu identik dengan masalah jantung. Walaupun tidak semua benar, namun hal ini tentu harus diwaspadai.
Masalah jantung yang sering ditemukan diantaranya adalah:
- Serangan jantung, hal ini terjadi akibat adanya bekuan darah yang menghalangi aliran darah ke otot jantung.
- Angina Pektoris, hal ini terjadi karena adanya penyempitan pembuluh darah arteri yang menyuplai darah ke otot jantung, sehingga aliran darah ke jantung menjadi terbatas. Jantung tidak mendapatkan oksigen yang cukup dan akhirnya menyebabkan dada terasa nyeri.
Kedua masalah tersebut diatas yaitu sama-sama terjadi penyumbatan aliran darah ke otot jantung, namun terdapat perbedaan utama antara Angina dan serangan jantung ini, di antaranya adalah:
- Apabila nyeri dada timbul saat melakukan kegiatan fisik dan rasa nyeri tersebut segera hilang setelah beristirahat, maka kemungkinan besar itu adalah Angina. Tetapi apabila rasa nyeri bertahan lebih dari 20 menit, Anda mungkin terkena serangan jantung. Serangan jantung akan membuat dada Anda terasa seperti diremas atau ditekan oleh benda berat.
- Nyeri dada akibat Angina biasanya diakibatkan oleh kegiatan fisik, relatif ringan, berlangsung kurang dari 20 menit dan reda setelah mengkonsumsi atau menggunakan obat untuk Angina seperti alat semprot Nitrogliserin. Sedangkan pada serangan jantung kondisi tersebut akan tetap berlanjut walau pengobatan Angina telah dilakukan. Rasa nyeri akibat serangan jantung bisa muncul saat tidur atau ketika istirahat, tanpa perlu dipicu oleh aktivitas berat. Nyeri dada ini juga bisa disertai oleh berkeringat dingin, rasa mual, dan rasa sakit yang menyebar hingga ke lengan kiri atau rahang.
Selain itu, masalah pada jantung lainnya yang sering ditemukan sebagai penyebab nyeri dada berikutnya adalah:
- Perikarditis, yaitu peradangan pada kantong (selaput) yang mengelilingi jantung. Rasa nyeri atau sakit akan bertambah parah saat berbaring dan menarik napas.
- Miokarditis, yaitu radang dinding otot jantung. Hal tersebut merupaan kondisi medis yang ditandai dengan peradangan pada otot jantung yang terletak di lapisan tengah (miokardium)dinding jantung. Biasanya disebabkan oleh berbagai infeksi bakteri, virus atau jamur, demam reumatik dan tuberkulosis (TBC). Kondisi ini dapat memperlemah atau mengurangi kemampuan jantung untuk memompa darah keseluruh tubuh. Pada kasus-kasus yang ringan, penyakit ini tidak memperlihatkan adanya gejala. Ketika Miokarditis bertambah parah, hal ini dapat menyebabkan otot jantung menjadi lemah dan menimbulkan berbagai tanda dan gejala, seperti nyeri dada, gagal jantung dan Aritmia.
- Diseksi Aorta, merupakan kondisi adanya robekan pada aorta dan ancaman terputusnya pembuluh darah aorta. Keadaan ini dapat diakibatkan benturan dari luar, tekanan darah yang sangat tinggi, atau kondisi dimana dinding pembuluh darah aorta orang tersebut tipis. Ciri khas nyeri dada akibat Diseksi Aorta ialah sensasi nyeri yang sangat berat, seperti teriris pisau. Nyeri biasanya dirasakan pada dada kiri bagian atas. Orang yang mengalami Diseksi Aorta akan tampak lemas, berdebar-debar, berkeringat dingin, gelisah, hingga pingsan. Bila diukur, tekanan darah akan turun dan denyut nadi yang sangat lemah di salah satu sisi tangan. Kondisi ini tergolong fatal dan memerlukan pertolongan medis secepatnya.
Apabila Anda mengalami nyeri dada dengan gejala-gejala tersebut diatas, segera temui Dokter atau segera ke rumah sakit terdekat untuk mendapatkan penaganan lebih lanjut. Apalagi bagi Anda yang tidak memiliki riwayat penyakit apapun dan nyeri dada ini baru pertama kali terjadi.
Biasanya dokter akan melakukan beberapa tes atau pemeriksaan yang bisa dilakukan untuk mendiagnosis nyeri dada, seperti:
- Electrocardiogram (ECG), yaitu tes yang dilakukan untuk memeriksa aktivitas kelistrikan jantung melalui elektroda yang ditempelkan di kulit. Hal ini berdasarkan pada otot jantung yang cedera atau terluka tidak dapat menyalurkan impuls secara normal.
- Tomografi terkomputasi (CT scan) yaitu tes yang dilakukan untuk memeriksa aorta atau keberadaan gumpalan darah di paru-paru.
- Tes darah, yaitu tes yang dilakukan untuk memeriksa kadar enzim yang meningkat ketika terjadi luka atau kerusakan pada otot jantung.
- Kateterisasi jantung (Angiogram), yaitu tes yang dilakukan untuk memeriksa penyumbatan atau penyempitan arteri yang menuju jantung.
- Echocardiogram, yaitu merupakan pemeriksaan struktur dan fungsi jantung dengan menggunakan gelombang suara yang menghasilkan gambar.
- Tes latihan stres, ada banyak tipe tes stres yang bisa dilakukan. Tujuan dari tes-tes tersebut untuk mengukur respons pembuluh darah dan jantung terhadap tingkat aktivitas.
Namun apabila Anda sudah mengunjungi dokter dan telah dilakukan pemeriksaan dan hasilnya baik maka mungkin juga yang Anda alami adalah gejala Psikosomatis.
Nyeri dada yang berhubungan dengan kecemasan dan gangguan Psikosomatis
Saat kita mencemaskan sesuatu, baik itu karena rasa khawatir, rasa takut, dengan kata lain stres memikirkan suatu hal, tentu hal ini akan ikut mempengaruhi kesemuanya termasuk kesehatan kita. Apalagi bagi Anda yang memiliki riwayat sakit maag, tentu hal ini akan memicu meningkatnya asam lambung sehingga maag menjadi kumat atau semakin parah. Seperti yang telah Luvizhea.com jelaskan diatas maag merupakan salah satu penyebab nyeri dada yang sering dialami seseorang. Namun bukan hanya itu, serangan panik atau kecemasan yang berlebihan ini (walau kita tidak memiliki riwayat maag) juga bisa mengalami nyeri dada, disertai detak jantung yang lebih cepat, napas cepat, berkeringat dingin dan terkadang juga mengalami sulit bernapas. Untuk mengatasi hal ini, minum air putih (saat kejadian) dan bersikap tenang serta berpikir positif merupakan solusi untuk meredakan nyeri dada akibat rasa kecemasan yang sedang ada alami.
Selain nyeri dada karena kecemasan biasa yang telah Luvizhea.com sebutkan diatas, nyeri dada juga bisa disebabkan oleh Gangguan Psikosomatis yang biasanya juga berkaitan dengan faktor stres atau gangguan somatoform seperti yang disebutkan oleh World Health Organization. Sindroma ini diklasifikasikan juga sebagai bagian dari Neurotik. Gangguan Psikosomatis ini merupakan kondisi dimana terjadi keluhan fisik (misalnya nyeri dada, sakit perut, sakit kepala, dan gejala lainnya) namun tidak ditemukan adanya gangguan fisikal yang dapat menjelaskan penyebab dari keluhan tersebut, walaupun sudah dilakukan pemeriksaan fisik dan penunjang. Selain itu keluhan tersebut juga tidak membaik dengan berbagai obat-obatan yang telah diberikan.
Pengobatan pada gangguan Psikosomatis ini harus dengan mengintegrasikan berbagai bidang ilmu seperti psikiatri, psikologi, neurologi, dan penyakit dalam. Namun sebelum itu harus dicari terlebih dahulu apa pencetus dari Psikosomatis ini, apakah karena faktor stres, depresi, atau penyakit kronik yang membuat seseorang menjadi depresi, seperti: kanker, asma, ulkus peptikum, stroke atau malah ketakutan bila mengidap penyakit tertentu.