Secara umum, penyebab dari autisme ini sebenarnya tidak dapat diketahui secara pasti, tetapi erat kaitannya dengan gangguan perkembangan saraf anak (Neurobiologi Kompleks) yang tidak berkembang sebagaimana mestinya kerena beberapa faktor termasuk masalah genetik ataupun keturunan. Selain itu masalah perkembangan otak janin selama kehamilan juga dikaitkan dengan penyebab autisme. Adanya pendarahan dan infeksi virus TORCH (Toxoplasma, Rubela, Citomegalovirus, Herpes atau Hepatitis) selama Ibu hamil, juga disebutkan sebagai faktor penyebab terjadinya Autisme pada anak.
Mengenali ciri awal gejala anak mengalami Autis
Kebanyakan orangtua baru menyadari bahwa ada yang salah dengan anak mereka, setelah anak-anak tersebut sudah berusia dua sampai tiga tahun. Padahal, autisme sudah bisa dikenali gejalanya sejak anak masih bayi. Dengan mendiagnosis lebih awal gejala Austis pada anak ini, anak akan menerima manfaat perawatan yang lebih maksimal, sehingga memungkinkan adanya perbaikan dalam kesehatannya dikemudian hari.
Berikut Luvizhea.com berikan beberapa contoh gejala autis pada bayi Anda, diantaranya: bayi tidak berceloteh, tidak menyadari jika namanya di panggil, tidak melakukan kontak mata ketika diajak berbicara, tidak tersenyum, seperti tidak menyukai mainan, tidak menangis saat ditinggal diruangan sendirian, dan tidak dapat mengenali wajah yang familiar seperti Ibu dan ayahnya sendiri.
Saat tumbuh kembang, bayi tersebut juga akan mengalami keterbelakangan fisik dan mental. Misalnya, tidak mengucapkan satu kata pun, tidak dapat mengkombinasikan dua kata sampai usianya dua tahun, tidak dapat mengerti instruksi yang sangat sederhana dan tidak dapat melakukan hal-hal umum seperti yang biasa dilakukan bayi seusianya.
Baca juga: Penanganan step (kejang demam) pada anak.
Cara mencegah anak Autis sejak dalam kandungan
Walaupun belum diketahui secara pasti penyebab anak Autis, seorang Ibu bisa melakukan pencegahan sejak janin masih dalam kandungan. Yaitu dengan menerapkan pola hamil yang sehat dan jangan terlalu stress atau banyak pikiran.
Penerapan pola hamil yang sehat ini pertama dengan memperhatikan kecukupan gizi dan nutrisi selama masa kehamilan, sehingga berdampak baik untuk kesehatan Ibu dan baik juga untuk perkembangan janin yang dikandungnya. Memang terkadang di masa awal kehamilan Ibu akan mengalami beberapa keluhan pada saat hamil muda, salah satunya yaitu berkurangnya nafsu makan, Jadi biar bagaimanapun susahnya makanan masuk, harus dipaksa karena nutrisi adalah faktor paling penting dalam tumbuh kembang janin. Nasib anak kita sudah kita bentuk dari dalam kandungan melalui pola makan kita, jangan gara-gara mual sedikit menyesal seumur hidup karena anaknya sering sakit-sakitan ketikakelak ia dilahirkan.
Adapun yang harus diwaspadai oleh Ibu hamil diawal-awal masa kehamilan dan berhubungan dengan terjadinya Autis adalah keadaan pendarahan selama kehamilan. Pendarahan selama kehamilan umumnya karena Placental Complications yang mengakibatkan gangguan transportasi oksigen dan nutrisi ke janin yang mengakibatkan gangguan pada otak janin. Pendarahan awal kehamilan juga berhubungan dengan infeksi, kelahiran prematur dan bayi lahir dengan berat badan rendah yang juga merupakan penyebab tingginya resiko terjadinya Autis.
Apabila diawal kehamilan ini, Ibu mengalami pendarahan (flek) biasanya Ibu hamil akan disarankan mengkonsumsi obat penguat kandungan dan vitamin penambah darah, atau ketika mual muntah semakin menjadi, Ibu hamil biasanya juga akan disarankan mengkonsumsi obat pereda untuk mual muntah. Hal tersebut tidak dilarang, yang perlu Ibu ketahui, dalam hal mengkonsumsi obat sebaiknya Ibu hamil berhati-hati jangan asal minum obat selama dalam masa kehamilan untuk mengatasi beberapa keluhan yang Ibu alami. Jika ingin mengkonsumsi obat tersebut, sebaiknya konsultasikan dengan dokter terlebih dahulu, terutama obat-obatan yang diminum selama kehamilan pada trimester pertama tersebut.
Sebaiknya Ibu hamil juga harus rutin melakukan konsultasi dan pemeriksaan berkala kepada dokter spesialis kebidanan dan kandungan, dan selalu mengikuti nasihat dan petunjuk dokter dengan baik. Lakukan skrining terutama skrining infeksi virus seperti TORCH (Toxoplasma, Rubela, Citomegalovirus, Herpes atau Hepatitis) selama masa kehamilan, hal ini untuk mencegah dan mengatasi infeksi selama masa kehamilan dan persalinan nantinya. Karena infeksi virus saat kehamilan dan persalinan juga dapat memicu terjadinya bayi lahir dengan Autis. Yang perlu Ibu ketahui juga, gangguan persalinan yang juga dapat meningkatkan resiko terjadinya autis adalah pemotongan tali pusat terlalu cepat setelah bayi dilahirkan.
Beberapa cara terapi untuk anak Autis
Kita sering menemukan, dalam proses pengobatan Autis ini sering menggunakan obat-obatan medis. Penggunaan obat dalam mengatasi Autisme ini bukan bertujuan untuk menyembuhkan ataupun memperbaiki kondisi dan gejala Autisme secara langsung. Penggunaan obat ini lebih dimanfaatkan untuk mengatasi beberapa gejala-gejala sampingan yang biasa dialami oleh anak dengan Autisme, seperti:
- Untuk mengatasi perilaku hiperaktif, ketidakmampuan untuk terfokus, depresi, dan kejang.
- Untuk mengatasi perilaku agresif, emosional, dan tindakan melukai diri.
Untuk itu Luvizhea.com berikan beberapa tips terapi alternatif yang bisa Anda praktekan dirumah dalam menghadapi anak yang mengalami Autisme. Karena berdasarkan kesimpulan yang bisa kita dapatkan, bahwa gejala utama Autisme adalah terjadinya gangguan dan keterlambatan, yaitu: kognitif, bahasa, perilaku, komunikasi, dan interaksi sosial. Sehingga terapi berikut ini mungkin bisa Anda terapkan pada anak berkebutuhan khusus, diantaranya:
Terapi Perilaku
Terapi perilaku pada anak Autis sebenarnya dapat dilakukan dengan mencoba mengetahui beberapa hal yang dapat memicu timbulnya perilaku pada anak, misalnya dengan memberikan stimulasi rangsangan suara, cahaya, sentuhan ataupun aroma. Apabila bayi bereaksi positif terhadap rangsangan-rangsangan tersebut, misalnya segera rewel atau bertingkah dan mengamuk. Maka melakukan perubahan lingkungan tempat tinggal dari segi pencahayaan, tata akustik atau pembatasan pengasuhan merupakan salah satu solusi yang direkomendasikan. Pemberian stimulasi rangsangan ini juga bermanfaat untuk memperkenalkan dan mengajarkan reaksi yang tepat atas informasi sensori seperti cahaya, suara, sentuhan dan aroma pada anak Autis.
Selain itu, dalam terapi perilaku ini, untuk mengembangkan kemampuan pada anak Autis untuk mendorong perilaku positif dan melarang perilaku negatif. Anda sebagai orangtua juga bisa memberikan penghargaan untuk perilaku positif yang dilakukannya, seperti dalam hal pelatihan kemampuan berbicara, dan peningkatan motivasi anak untuk belajar dan memulai komunikasi dengan orang lain.
Baca juga: Kenakalan anak yang harus dimaklumi orang tua.
Terapi Bermain
Pada balita, bermain merupakan salah satu bentuk stimulasi yang paling efektif untuk tumbuh-kembangnya, baik dalam segi fisik, psikologis serta sosio-emosional dan kecerdasan. Dalam meningkatkan kemampuan komunikasi verbal dan non verbal secara langsung dengan terapi bermain ini, Ibu juga bisa menggunakan bantuan media seperti tulisan, simbol, gambar maupun video dalam permainannya untuk menstimulasi dan mengajari mereka berkomunikasi, cara berpakaian, cara makan, cara mandi, cara berinteraksi dengan orang lain, dan cara-cara yang lainnya. Tentu saja, kegiatan bermain ini diperlukan pendampingan dan kesabaran dari orangtua dalam menjalaskan setiap permaianan yang dilakukannya.
Baca juga: Cara efektif melatih anak yang terlambat bicara.
Terapi Sosial
Autisme pada bayi dapat dihindari dengan melakukan pengenalan terhadap lingkungan teman sebayanya agar kemampuan komunikasi verbal dan non verbalnya bisa berkembang dengan baik. Anda juga bisa mengikutsertakan anak Anda dalam berbagai kegiatan sosial atau yang melibatkan teman-teman sebayanya. Beberapa terapi sosial yang bisa dipertimbangkan antara lain mengikutkannya dalam PAUD atau Kelompok Bermain.
Baca juga: Mengatasi sifat pemalu dan sulit bergaul pada anak.