Alasan mereka melakukan hal tersebut karena memang ada masalah medis. Seperti kehamilan dengan riwayat Hipertensi, bayi kembar, kondisi panggul yang sempit, atau ukuran bayi yang terlalu besar.
Namun seiring perkembangan zaman, banyak ibu yang memilih persalianan Caesar bukan lagi karena adanya suatu masalah yang berkaitan dengan medis. Melainkan lebih kepada tren atau gaya hidup. Seperti agar jalan lahir bayi tetap utuh sehingga organ kewanitaannya sama seperti sebelum melahirkan, atau sekedar ingin menentukan tanggal kelahiran sesuai yang dikehendaki, atau alasan lain agar tidak merasakan nyeri serta sakit yang berlebihan selama proses persalinan berlangsung.
Apakah persalinan dengan operasi Caesar terasa sakit?
Semua proses melahirkan, baik itu persalinan normal maupun Caesar (sesar) sama-sama menimbulkan rasa sakit, baik itu sebelum, saat proses, maupun sesudah persalinan berlangsung. Dan rasa sakit ini memang sudah pasti dilalui setiap wanita yang ingin menjadi seorang ibu. Biar bagaimanapun tubuh wanita sudah diciptakan Tuhan untuk melahirkan secara normal. Hal ini terbukti bahwa umumnya seorang manusia hanya dapat menahan 45 del (unit) dari rasa sakit, tetapi ketika sedang melahirkan, seorang wanita mampu merasakan sekitar 57 del (unit) dari rasa sakit, atau rasa sakit ini yang sama dengan sekitar 20 tulang mengalami retak di waktu yang bersamaan.
Operasi Caesar memang tidak terasa sakit karena diberikan obat bius saat proses pembedahan berlangsung, tetapi ibu tetap akan merasakan sakit ketika proses pemulihan berlangsung karena bekas luka dan jahitan akibat operasi Caesar ini. Selain itu proses penyembuhannya membutuhkan waktu lebih lama dibanding bila ibu melakukan persalinan secara normal. Saat persalinan normal mungkin 1-2 jam setelah melahirkan, ibu sudah bisa jalan dan melakukan aktivitas kembali. Pada proses persalinan dengan operasi Caesar mungkin ibu akan membutuhkan waktu hingga 6 minggu untuk bisa melakukan aktifitas kembali, atau hal ini tergantung dari kondisi dan daya tahan tubuh ibu.
Apa keuntungan dan kerugian persalinan dengan operasi Caesar?
Menurut beberapa Dokter Kandungan, persalinan yang tidak alami seperti Sectio Caesaria atau operasi Caesar (Sesar) ini memiliki banyak kerugian, diantaranya:
- Bila persalinan dilakukan Caesar, maka ada beberapa ketidaknyamanan yang nantinya tetap akan dirasakan, meski operasi berjalan lancar. Misalnya pasca melahirkan Caesar, ibu akan merasakan tidak nyaman baik saat bergerak maupun ketika sedang tidur di malam hari, dan ini akan berlangsung hingga beberapa minggu.
- Beberapa hari setelah persalinan Caesar akan timbul rasa nyeri hebat yang kadarnya tidak selalu sama pada setiap ibu.
- Ibu harus menjalani waktu rawat inap yang lebih lama dibanding dengan persalinan normal, karena proses penyembuhan akibat pembedahan jauh lebih lama.
Tetapi dibalik kerugian tersebut tentu ada keuntungan dari persalinan dengan operasi Caesar ini, di antaranya:
- Tidak terasa sakit, karena tidak harus mengalami kontraksi dalam waktu yang terlalu lama.
- Kelebihan operasi Caesar hanya bila indikasi medis pada persalinan normal berisiko tinggi, sehingga operasi Caesar menjadi cara teraman untuk melakukan persalinan (dapat meminimalisir risiko dari suatu komplikasi kehamilan atau riwayat penyakit ibu hamil).
- Karena ibu ketika di operasi dalam kedaan sadar, tidak lemah akibat kondisi mengejan, maka Inisiasi Menyusui Dini dapat dilakukan dengan mudah (segera).
- Risiko terkena Ambeien lebih kecil karena tidak harus mengejan.
- Tidak melewati masa mengejan, maka tidak ada peregangan otot panggul dan vagina, sehingga dapat menghindari robekan otot pada bagian tersebut.
- Operasi Caesar akan meminimalisir kemungkinan penularan infeksi tertentu dari ibu ke bayi.
- Bisa memilih tanggal kelahiran, tetapi dalam hal ini masih menjadi kontroversi (antara boleh dan tidaknya), tetutama dalam hukum agama Islam.
Jadi, itulah beberapa manfaat yang bisa didapatkan ibu ketika melakukan operasi Caesar, setidaknya keuntungan di atas bisa membuat ibu lebih tenang dan tidak takut bila diharuskan untuk melahirkan secara Caesar oleh Dokter, bukan karena ingin mengikuti tren persalinan saat ini.
Apa saja risiko bila ibu hamil melakukan persalinan dengan operasi Caesar?
Persalinan Caesar banyak dianggap para ibu lebih aman dibandingkan persalinan normal, namun hal ini dibantah oleh beberapa Dokter Spesialis Kandungan. Pasalnya seperti yang telah Luvizhea.com jelaskan diawal, operasi Caesar menjadi cara teraman bila memang ada indikasi mutlak (yang mengharuskan ibu hamil melahirkan dengan operasi Caesar) seperti riwayat hipertensi, bayi sungsang, panggul yang terlalu sempit, atau masalah medis lainnya yang dapat membahayakan nyawa ibu dan bayi yang dilahirkannya.
Sebagai contoh, Saat seorang ibu yang sedang hamil memiliki riwayat hipertensi, dikhawatirkan saat melakukan persalinan normal akan mangalami kenaikan tensi darah saat mengejan, dan itu sangat berbahaya bagi ibu dan bayi yang dilahirkan. Maka dari itu, kondisi seperti ini memang perlu dilakukannya persalinan dengan metode Caesar untuk menghindari risiko yang lebih besar.
Namun demikian, tetap saja persalinan dengan Operasi Caesar berisiko. Berikut beberapa risiko yang mungkin terjadi bila ibu menjalani persalinan dengan operasi Caesar:
- Melahirkan secara Caesar dapat berisiko bayi lahir spontan, terutama pada ibu hamil yang sudah pernah melakukan operasi Caesar sebelumnya. Karena pada beberapa kasus, saat kehamilan kedua ini, ada kemungkinan bayi lahir spontan karena bekas jahitan yang dulu jebol. Ini karena kondisi dinding perut yang tipis akibat efek pembesaran perut dan efek operasi Caesar sebelumnya. Kelahiran bayi spontan pada saat operasi Caesar ini berisiko pada bayi yang dilahirkan. Karena berpeluang lebih tinggi mengalami gangguan pernafasan (Neonatal Respiratory Distress), atau bisa juga membuat kondisi bayi banyak meminum air ketuban.
- Saat dilakukan operasi Caesar, dikhawatirkan bayi terkena sayatan, walaupun ini jarang sekali ditemukan tapi tetap saja ada kemungkinan itu terjadi.
- Risiko infeksi pasca pembedahan juga mungkin bisa terjadi, atau bisa juga berisiko terjadinya emboli udara.
- Terjadinya perdarahan saat operasi Caesar sedang berlangsung ataupun setelah melakukan operasi Caesar (terutama bila jahitan lepas).
Baca juga: Perawatan pasca persalinan dengan operasi Caesar.
Jadi, pikirkan matang-matang bila ibu ingin melahirkan dengan jalan operasi Caesar. Karena kerugian atau risiko akan jauh lebih besar, dibandingkan bila ibu melahirkan dengan cara persalinan normal. Terkecuali ada hal yang mengharuskan perasalinan tersebut harus dengan dilakukan tindakan operasi Caesar. Maka persalinan Caesar baru bisa dikatakan metode yang lebih aman. Dibanding harus mengambil risiko yang lebih besar akibat suatu kondisi yang tidak memungkinkan untuk dilanjutkannya persalinan normal.
Apabila dengan suatu kondisi Ibu memang harus melakukan operasi Caesar dalam persalinannya. Sebaiknya ibu dan suami memberikan jeda atau jarak waktu untuk menjalankan program kehamilan berikutnya. Jangan baru Caesar satu tahun kemudian hamil lagi. Idealnya jarak kehamilan berikutnya setelah Caesar adalah minimal 3 tahun sejak persalinan Caesar pertama dilakukan.
Baca juga: Melahirkan secara normal tanpa rasa sakit.