Menyusui ASI (Air Susu Ibu) pada bayi sejak ia lahir sangat besar manfaatnya, maka dari itu sangat disarankan untuk ibu memberikan ASI secara eksklusif untuk anaknya selama 6 bulan pertama.
ASI merupakan sumber gizi utama yang mudah di cerna bagi bayi, karena protein ASI lebih mudah diserap tubuh bayi dibandingkan dengan protein susu formula, sehingga pertumbuhan dan perkembangan bayi dapat berlangsung lebih optimal. Selain itu zat-zat yang terkandung dalam ASI juga dapat meningkatkan kekebalan dan daya tahan tubuh bayi, sehingga bayi tidak mudah sakit.
Namun, terkadang ada masalah atau hal-hal yang mengganggu kenyamanan dalam ibu menyusui bayinya. Sehingga pemberian ASI secara eksklusif ini tidak bisa dilakukan secara maksimal atau malah berhenti ditengah jalan.
Untuk meningkatkan produksi ASI saat menyusui, sudah Luvizhea.com bahas pada artikel sebelumnya. Untuk itu, kali ini kita akan membahas tentang payudara bengkak atau peradangan pada payudara setelah melahirkan (saat masa menyusui) yang sering di alami oleh wanita yang baru menjadi ibu untuk pertama kalinya, walaupun pada kelahiran anak kedua ibu juga masih bisa mengalaminya.
Memang, umumnya sekitar hari ke-3 atau ke-4 pasca ibu melahirkan, payudara sering kali terasa lebih penuh, tegang, serta terasa nyeri. Keadaan tersebut disebut Engorgement (pembengkakan payudara). Ini sebenarnya adalah hal yang wajar karena merupakan tanda bahwa ASI mulai banyak diproduksi, untuk mencukupi kebutuhan bayi yang telah dilahirkan. Namun masalahnya ASI yang terus diproduksi tersebut tidak bisa disalurkan dengan baik.
Bengkaknya payudara tersebut biasanya terjadi disebabkan oleh saluran susu yang tersumbat (Obstructive Duct) sehingga ASI tidak bisa keluar, atau bisa jadi ASI keluar tapi tidak lancar. Hal itu disebabkan oleh beberapa faktor seperti:
- Mungkin ibu memiliki kelainan anatomi yang menghambat kemudahan bayi untuk menyusui. Misalnya, puting payudara terlalu datar atau puting payudara tertarik ke dalam (terpendam).
- Ibu mengalami kondisi Vasospasm yaitu suatu kondisi dimana puting ibu begitu sensitif terhadap udara dingin. Puting susu akan nampak terlihat putih setelah selesai menyusui, dan setelah itu akan berubah menjadi kebiruan dan ungu yang disertai dengan rasa sakit yang begitu menyakitkan (seolah seperti disengat). Ini bisa menyebabkan ibu menjadi malas menyusui bayinya atau membuat aliran ASI menjadi terhambat.
- Kondisi Tali Lidah (Frenulum Linguae) bayi yang pendek, sehingga menyebabkan bayi sulit mengisap sampai Areola dan hisapan hanya pada putingnya saja, sehingga hisapan untuk mengeluarkan ASI tidak bisa maksimal.
- Posisi bayi saat menyusu yang salah, misalnya saat bayi menyusu, mulut bayi tidak sampai pada Areola, sehingga bayi hanya mengisap pada puting payudara saja. Ini juga bisa menyebabkan hisapan atau tekanan terjadi terus-menerus hanya pada tempat tertentu saja (hanya pada puting) sehingga akan menyebabkan puting payudara lecet atau bisa juga menimbulkan rasa nyeri waktu dihisap meskipun kulitnya masih utuh. Dengan begitu saat bayi menyusu dapat menimbulkan sensasi rasa nyeri yang mengganggu dan ASI juga tidak bisa keluar dengan maksimal.
- Peningkatan kadar Natrium dalam ASI yang membuat bayi menolak menyusu karena ASI terasa asin.
- Frekuensi menyusui yang tidak teratur, karena berbagai hal, misalnya: karena pasca melahirkan ibu harus segera kembali kerja, atau bisa juga karena bayi sering tidur sepanjang waktu sehingga ibu jarang menyusui.
- Menyusui hanya dengan satu payudara, sehingga payudara yang satunya terasa lebih kencang. Maka dari itu bila terjadi peradangan, bisa terjadi pada salah satu atau kedua payudara sekaligus.
- Memakai Bra (BH) yang terlalu ketat sehingga timbul tekanan payudara sehingga menimbulkan rasa sakit pada payudara.
Bila saluran ASI tersumbat atau ASI tidak lancar ini tidak segera diatasi secepatnya, maka masalah ini bukan hanya dapat menyebabkan payudara menjadi tegang (bengkak), melainkan juga akan berkembang menjadi Mastitis (Radang Payudara). Risiko Radang Payudara saat menyusui ini akan semakin meningkat, bila:
- Daya tahan tubuh ibu lemah (karena ibu kurang tidur atau kelelahan karena harus mengurus bayi pasca melahirkan).
- Kurangnya menjaga kebersihan puting payudara saat menyusui, sehingga bakteri Staphylococcus Auereus dapat masuk menginfeksi melalui celah atau retakan puting payudara.
- Ibu pernah mengalami Mastitis di masa lalu.
Gejala yang sering timbul bila ibu mengalami Radang Payudara (Mastitis) saat menyusui
Radang Payudara dapat terjadi kapan saja selama masa menyusui, namun paling sering terjadi antara hari ke-10 dan hari ke-28 setelah persalinan.
Adapun gejala yang sering dirasakan oleh ibu yang mengalami Radang Payudara (Mastitis), antara lain:
- Kulit pada payudara yang bengkak akan nampak lebih merah mengkilat atau memar kemerahan, terasa semakin tegang (semakin keras), terasa panas dan terasa sangat nyeri baik ketika sedang menyusui maupun ketika sedang tidak menyusui.
- Timbul garis-garis merah ke arah ketiak sehingga ketiak ikut menjadi bengkak. Atau pembengkakan pada ketiak ini bisa jadi karena terdapat pembesaran kelenjar getah bening di ketiak akibat peradangan yang terjadi pada payudara.
- Ibu juga akan mengalami suhu badan yang tinggi (lebih dari 38,5 derajat Celsius) dan akan merasakan gejala seperti ketika sedang terkena flu, seperti: nyeri otot atau ngilu pada seluruh tubuh, menggigil, sakit kepala, serta rasa lelah dan lemah.
Bila Radang Payudara masih belum bisa teratasi biasanya akan berkembang ke Abses Payudara. Hal ini disebabkan oleh meluasnya peradangan dalam payudara tersebut, dan menyebabkan ibu tampak lebih parah sakitnya, payudara lebih merah mengkilap, benjolan tidak sekeras seperti pada Radang Payudara (Mastitis) tetapi tampak lebih penuh seperti berisi cairan, yang pada akhirnya puting bisa mengeluarkan nanah.
Cara mengatasi payudara bengkak dan komplikasi dari Radang Payudara (Mastitis) saat menyusui
Atau ibu bisa memerah ASI bila ibu merasa tidak dapat menyusui untuk sementara waktu. Hal ini agar ASI yang terbendung dalam payudara dapat dikeluarkan.
Selain itu, ibu juga bisa melakukan kompres payudara dengan air hangat (menggunakan kain yang dibasahi air hangat) atau bisa juga disertai dengan melakukan pemijatan (pengurutan) pada daerah payudara dengan perlahan ke arah puting menggunakan Baby Oil, dengan begitu dapat meredakan ketegangan atau pembengkakan pada payudara serta mengatasi saluran susu (Ductus) yang tersumbat sehingga ASI lebih mudah dikeluarkan.
Bila gejala semakin berkembang menjadi Radang Payudara (Mastitis) ibu bisa menghubungi Dokter untuk memperoleh pertolongan seperti resep Antibiotik untuk meredakan peradangan akibat infeksi bakteri.
Selain pemberian Antibiotik, Dokter mungkin juga akan meresepkan obat Antipiretik (penurun panas) dan Analgesik (pereda nyeri) seperti Parasetamol dan Ibuprofen. Hal ini dilakukan sembari menunggu bakteri musnah oleh Antibiotik, pemberian obat tersebut akan meringankan gejala demam serta membuat proses menyusui tetap nyaman dilakukan walupun dalam kondisi sakit.
Apakah selama menjalani pengobatan Radang Payudara ibu masih diperbolehkan menyusui bayinya?
Walupun ibu mengalami Radang Payudara, menyusui ASI tetap diperbolehkan dan bahkan dianjurkan agar pembengkakan tidak semakin berlanjut akibat produksi ASI yang juga terus berlanjut, lagi pula ASI tersebut tetap aman diberikan kepada bayi walaupun ibu dalam kondisi mengalami Radang Payudara.
Tindakan lain yang bisa ibu lakukan adalah dengan cukup istirahat dan tidur agar tubuh aktif memproduksi sistem imun guna memerangi infeksi Mastitis. Dan jangan lupa untuk makan makanan yang bergizi tinggi, serta minum banyak air putih untuk membantu mengurangi reaksi sistemik (demam) secara alami.
Dalam beberapa kasus bila Radang Payudara saat menyusui tidak segera diatasi maka akan menimbulkan komplikasi yaitu berkembang menjadi Abses (Penimbunan nanah) di Payudara akibat infeksi bakteri. Maka dari itu diperlukan tindakan insisi untuk drainase (pembedahan dan pengeluaran cairan) dengan anestesi umum, dan tetap diberikan Antibiotik tapi dengan dosis yang lebih tinggi.
Tindakan pencegahan agar tidak terjadi Radang Payudara selama masa menyusui
Untuk mencegah terjadinya payudara bengkak, beberapa cara yang dianjurkan antara lain sebagai berikut:
- Apabila keadaan memungkinkan, sebaiknya ibu menyusui bayi segera mungkin setelah ia lahir.
- Susui bayi tanpa dijadwal (sesuka bayi). Dan jangan membiarkan payudara terlalu penuh. Caranya, jangan melewatkan waktu menyusui atau tidak menyusui bayi untuk waktu yang lama.
- Lakukan perawatan payudara pasca persalinan secara teratur, misalnya menjaga kebersihan payudara dengan cara membersihkan dengan kapas dan air hangat sebelum dan sesudah menyusui. Selain itu lakukan pemijatan payudara secara rutin untuk meningkatkan peredaran darah disekitar payudara. Dan ingat, jangan membersihkan payudara menggunakan sabun, karena bisa membuat puting susu kering sehingga mudah terjadi iritasi ataupun lecet pada area puting.
- Keluarkan sedikit ASI sebelum menyusui agar payudara tidak terlalu kencang, sehingga puting lebih mudah ditangkap atau dihisap oleh bayi.
- Berikan kompres hangat sebelum menyusui untuk memudahkan bayi menghisap (menangkap) puting susu.
- Keluarkan (perah) ASI setiap kali selesai menyusui bila payudara masih terasa penuh (bila produksi melebihi kebutuhan bayi).
- Ibu dapat melakukan senam laktasi (senam ibu menyusui), yaitu dengan menggerakkan lengan secara berputar, sehingga persendian bahu ikut bergerak ke arah yang sama. Gerakan demikian ini akan membantu memperlancar peredaran darah dan Limfa di daerah payudara, sehingga statis dapat dihindari. Yang berarti dapat mengurangi kemungkinan terjadinya Abses Payudara.
- Bila ibu mengalami Vasospasm, maka usahakan agar tubuh ibu selalu dalam kondisi hangat terutama sebelum dan sesudah menyusui.
- Bila ibu memiliki kelainan puting, maka ibu dapat mengatasinya dengan meletakkan kedua jari telunjuk atau ibu jari di daerah payudara, kemudian dilakukan pengurutan menuju ke arah berlawanan. Namun demikian, sebenarnya kondisi ini sudah dapat diketahui sejak hamil atau sebelumnya, sehingga bisa dilakukan perawatan payudara ketika sedang hamil untuk menghindari masalah ini setelah melahirkan (saat masa menyusui).
- Perhatikan teknik menyusui yang benar, khususnya letak puting dalam mulut bayi. Yaitu bibir bayi menutup Areola, sehingga tidak terlihat dari luar, puting di atas lidah bayi, Areola di antara gusi atas dan bawah.
- Hindarkan payudara dari tekanan, misalnya ketika menggunakan sabuk pengaman, atau menggunakan gendongan bayi, dan jangan tidur tertelungkup. Selain itu gunakan Bra (BH) yang sesuai dengan ukuran payudara, dengan desain menopang (menyangga) dan bukan yang dapat menekan payudara.
Bagaimana bila Radang Payudara terjadi ketika bayi yang dilahirkan itu meninggal?
Dengan meninggalnya bayi pada saat menyusui jelas akan membuat payudara menjadi bengkak akibat terhambatnya aliran ASI yang terus diproduksi pasca melahirkan, sehingga menyebabkan bendungan ASI pada payudara.
Untuk mengatasi payudara yang bengkak, bila ASI ibu bisa keluar, mungkin ibu bisa memerahnya kemudian di donorkan pada bank ASI agar tetap bisa memberikan manfaat bagi orang lain. Karena diluaran sana masih banyak bayi yang kekurangan ASI karena ASI ibunya tidak bisa keluar.
Selain itu, tindakan yang telah Luvizhea.com sebutkan diatas dapat dilakukan, seperti: mengompres payudara dengan air hangat, dilanjutkan pemijatan menggunakan baby oil dengan arah memutar pangkal payudara ke arah putting dapat menjadi solusi sementara agar payudara tidak terlalu kencang dan nyeri.
Namun demikian tubuh wanita sebenarnya bisa menyesuaikan diri, apabila ASI tidak tersalurkan, maka tubuh akan memberikan sinyal agar Alveoli pada payudara tidak memproduksi ASI. Karena produksi ASI sebenarnya menyesuaikan dari seberapa banyak ASI yang dibutuhkan bayi.
Baca juga: mengencangkan payudara kendur pasca menyusui.