Awas, anak belajar menyalahkan orang lain dari kita

Anak-anak balita sangat rawan mengalami terjatuh, terpeleset, kejedut, dan kecelakan ringan lainnya. Rata-rata respon mereka saat mengalami kecelakaan ini adalah dengan menangis. Untuk menenangkannya, tidak jarang para orangtua memukul benda-benda yang mengenai mereka. Misalnya anak menangis karena kepalanya kejeduk tembok, maka orangtua akan dengan serta merta memukul tembok tersebut untuk menenangkan mereka, kemudian mengasihani mereka secara berlebihan. Apa yang dilakukan nampaknya sederhana saja, tangis anak mereda, anak sudah bermain lagi seperti sediakala. Tapi tahukah Anda? Bahwa tindakan kita yang nampak sepele ini, memberikan pengaruh yang luar biasa bagi kehidupan mereka kedepan. Yaitu membuat anak BELAJAR MENYALAHKAN ORANG LAIN.

Anak tidak belajar bahwa kejadian-kejadian yang menimpanya adalah karena kesalahannya sendiri. Akibat kurang hati-hati.

Bagaimana agar anak tidak mudah menyalahkan orang lain atas kesalahannya sendiri?

Walaupun anak-anak masih berusia dibawah 2 tahun, belum begitu mengerti arti hati-hati. Tetapi kita tetap perlu menekankan bahwa, mereka akan baik-baik saja. Dan hendaknya mereka berhati-hati.

Misalnya “oh.. sakit ya? tidak apa-apa sayang, Insya Allah akan segera sembuh.. lain kali hati-hati ya.. agar tidak kejedut lagi”.

Orangtua juga tetap perlu memberikan perhatian pada rasa sakit mereka. Dengan memberikan empati dengan bertanya; apakah masih sakit? dan mengusap bagian yang sakit seraya mendoakan kesembuhannya. Dengan demikian anak juga belajar berempati sekaligus mengoreksi diri.

Apabila tindakan orangtua yang selalu menyalahkan benda-benda yang menyakiti anaknya itu. Dan terus terjadi secara berulang-ulang. Maka pola itulah yang akan tertanam dalam dirinya hingga anak dewasa.

Akibatnya anak akan tumbuh menjadi pribadi yang selalu menyalahkan orang lain.

Betapa buruk akibatnya hal ini bagi kehidupan sosialnya kelak. Besar kemungkinan dia akan selalu bermasalah dengan orang lain. Karena setiap ada permasalahan baik dengan teman, kerabat, sahabat, pasangan hidupnya; dalam pandangannya orang lainlah yang salah.

Jadi kita harus terus berhati-hati dan bijak dalam menyikapi setiap prilaku anak. Jangan sampai rasa sayang kita justru merusak mental mereka, sepanjang hidup mereka. Akibatnya kita sendiri sebagai orangtua yang juga akan menerima akibatnya.

Baca juga: Ucapan yang tidak boleh di katakan orangtua kepada anak.

Categories:
Tags: ,
Berbagi artikel di: