Keputihan yang normal umumnya tidak berwarna, tidak berbau, pH asam antara 3,8-4,5 dan tidak menyebabkan gatal. Selain itu, keputihan yang normal sering terjadi di sekitar siklus menstruasi (haid), pada saat wanita mengalami ovulasi, pada masa kehamilan, atau setelah pemakaian KB. Bahkan keputihan ini juga dapat terjadi ketika seorang wanita mengalami stres.
Keputihan sebelum dan sesudah menstruasi
Siklus menstruasi berpengaruh pada jumlah cairan yang keluar dari vagina. Keputihan sebelum menstruasi biasanya berhubungan dengan Sindrom Pramenstruasi yang dipengaruhi oleh gangguan fisik, emosional, dan hormon sebelum awal periode menstruasi sehingga secara tidak langsung bisa menyebabkan keputihan.
Selain itu, keluarnya cairan keputihan setelah periode menstruasi juga merupakan hal yang wajar ditemukan. Bisa dikatakan, keputihan pasca menstruasi ini bertujuan untuk membersihkan sisa darah setelah menstruasi. Maka dari itu keputihan pasca menstruasi umumnya berwarna coklat yang disebabkan oleh sisa darah yang belum bersih. Namun secara berangsur, warna kecoklatan akan berubah menjadi bening seperti semula.
Keputihan saat masa ovulasi
Setiap wanita yang telah mengalami masa pubertas dan mendapat siklus menstruasi, maka pada waktu-waktu diantara kedua periode siklus menstruasi akan mengeluarkan lendir putih dari vagina. Keluarnya lendir ini adalah salah satu pertanda bahwa fungsi dan kerja hormon estrogen dalam tubuh seorang wanita berlangsung normal. Keluarnya lendir yang berubah-ubah dari kental lalu semakin hari menjadi semakin encer dan licin adalah juga pengaruh dari hormon kesuburan wanita. Dan cairan ini akan semakin meningkat dan mencapai puncaknya pada saat ovulasi. Karena lendir ini dihasilkan oleh kelenjar leher rahim wanita bersamaan dengan proses pematangan sel telur dalam indung telur.
Hal ini adalah proses alami tubuh karena berfungsi untuk mengubah kadar keasaman dalam vagina sehingga sperma bisa bertahan hidup lebih lama dan dapat melakukan pembuahan. Jadi bila Anda mengeluarkan banyak lendir di vagina, bisa jadi Anda saat ini dalam masa subur.
Baca juga: Tanda wanita sedang dalam masa subur.
Keputihan selama masa kehamilan
Seorang wanita lebih rentan mengalami keputihan pada saat hamil. Karena pada saat hamil terjadi, perubahan hormonal (peningkatan kadar hormon estrogen) dapat berdampak pada peningkatan jumlah produksi cairan dan penurunan keasaman vagina serta mempengaruhi perubahan pada kondisi pencernaan. Dan akibatnya, semua ini akan membuat frekuensi dan kadar keputihan semakin meningkat di masa kehamilan.
Bila keputihan yang dialami saat hamil terlihat normal dengan cairan jernih atau putih dan tanpa bau, maka ini merupakan kondisi yang normal.
Namun yang menjadi masalah, perubahan hormon dan bentuk tubuh Anda selama hamil, akan membuat Anda lebih cenderung mengalami infeksi vagina sehingga memperburuk kondisi keputihan yang terjadi.
Keputihan setelah memakai KB
Pada dasarnya penggunaan KB hormonal (penggunaan pil KB atau KB Suntik) tidak menimbulkan efek samping berupa infeksi saluran reproduksi seperti halnya keputihan. Efek samping dari KB hormonal ini lebih kepada ketidakteraturan siklus dan volume menstruasi akibat ketidakseimbangan hormonal. Informasi selengkapnya bisa dibaca pada artikel berikut: Keunggulan dan efek samping kontrasepsi pil KB dan KB suntik.
Hanya saja penggunaan KB hormonal mampu menimbulkan perubahan pada pH vagina sehingga meningkatkan risiko infeksi saluran reproduksi, hal itu terjadi bila kebersihan saluran reproduksi tidak dijaga dengan baik.
Sedangkan untuk KB Spiral (IUD), memang banyak laporan yang menyatakan bahwa IUD dapat memperparah keputihan. Hal ini karena KB Spiral dipasang langsung dalam rahim sehingga keberadaannya berpotensi menimbulkan radang di rahim karena tubuh mengganggap itu benda asing.
Oleh sebab itu, apabila dalam waktu 1 hingga 2 minggu pengobatan keputihan tidak membaik dan gejala nyeri perut saat haid masih saja dirasakan, maka tindakan terakhir adalah melepas KB Spiral tersebut dan memilih jenis kontrasepsi lain yang lebih cocok untuk Anda.
Selain pemakaian KB, keputihan juga dapat diakibatkan oleh pemakaian obat-obatan dalam waktu lama, terutama jenis antibiotik atau steroid.
Keputihan karena faktor stress
Bila seorang wanita mengalami stres (terlalu cemas, banyak pikiran, perasaan tertekan) atau sedang kelelahan, maka kondisi ini akan mengganggu keseimbangan hormonnya. Mengapa demikian? Karena semua organ tubuh kinerjanya di pengaruhi dan dikontrol oleh otak. Ketika reseptor otak mengalami kondisi stres, hal ini dapat menyebabkan terjadinya Ketidakseimbangan hormon dalam tubuh sehingga mengakibatkan munculnya perdarahan di luar siklus menstruasi yang bercampur dengan lendir vagina atau keputihan.
Keputihan karena Menopause
Bagi Anda yang telah berusia diatas 40 tahun, keputihan yang Anda alami bisa jadi karena Anda sedang memasuki fase Menopause. Keputihan ini terjadi akibat Vaginal Atrofi (pengeringan dan penipisan dinding vagina karena penurunan kadar estrogen) sehingga terjadi iritasi disekitar vagina yang dikenal dengan Vaginitis sehingga menyebabkan keputihan.
Keputihan pada masa ini umumnya juga disertai dengan pendarahan ringan atau bercak berwarna kecoklatan. Bercak warna coklat ini disebabkan oleh melemahnya pembuluh darah yang kemudian pecah dan menyebabkan bercak warna coklat. Tapi walaupun kondisi ini normal, keputihan akibat Vaginal Atrofi ini dapat berkembang menjadi keputihan yang Abnormal akibat infeksi yang semakin berkembang.
Jenis keputihan abnormal berdasarkan tanda dan faktor penyebabnya
Keputihan yang tidak normal (Leukorea Patologis) dapat diakibatkan karena :
- Keputihan akibat infeksi jamur (Monilia atau Candidas), dengan ciri cairan keputihan biasanya berwarna putih susu, atau ada gumpalan menyerupai putih telur yang sudah matang (atau warnanya seperti keju), serta tidak berbau. Namun umumnya kondisi ini disertai juga rasa gatal dan rasa perih di sekitar vagina akibat vagina mengalami peradangan sehingga menimbulkan rasa sakit saat berhubungan seks dan vagina tampak kemerahan. Infeksi ini sebenarnya tidak menular melalui hubungan seks. Dan keputihan jenis ini umumnya dialami oleh sebagian besar wanita.
- Keputihan akibat infeksi Trikomoniasis atau parasit Trichomonas Vaginalis (TV), dengan ciri cairan lendir yang keluar lebih banyak, berwarna kuning kehijauan dan berbau amis, dan terkadang kondisi cairan berbuih. Selain itu kondisi ini disertai rasa perih saat Buang Air Kecil, pembengkakan serta gatal-gatal di sekitar vagina.
- Keputihan akibat infeksi bakteri Vaginosi atau Gardnella, dengan ciri cairan berwarna putih keabuan, berbau amis tapi tidak disertai rasa gatal atau iritasi. Ini juga termasuk infeksi yang umum terjadi dan tidak menular melalui hubungan seks.
- Keputihan akibat infeksi Herpes Genital (virus), dengan ciri keputihan disertai munculnya bentol seperti lepuhan atau luka seperti sariawan yang terasa sakit di sekitar organ intim. Dan ini dapat menular melalui hubungan seksual.
- Keputihan akibat infeksi kanker serviks dan kanker rahim, dengan ciri cairan keputihan dengan lendir berwarna cokelat dan bercampur darah, ini juga akan menimbulkan rasa sakit atau nyeri pada perut bagian bawah.
- Keputihan akibat Gonore (kencing nanah) atau Chlamydia (klamidia), dengan ciri keputihan disertai rasa nyeri pada tulang panggul atau saat Buang Air Kecil, atau disertai juga pendarahan di luar siklus menstruasi atau setelah berhubungan seks.
- Keputihan akibat Diabetes, dengan ciri cairan keputihan yang kental dan terjadi terus menerus, serta terasa gatal. Hal ini terjadi karena orang yang gula darahnya tinggi akan memiliki daya tahan tubuhnya rendah sehingga tubuh tidak mampu membunuh kuman atau bakteri. Dengan kata lain saat Anda menderita Diabetes, kemampuan sel pertahanan tubuhnya (Leukosit) untuk membunuh kuman atau bakteri berkurang. Akibatnya, keputihan karena bakteri akan terus terjadi dan berkembang.
Selain alasan medis seperti yang telah Luvizhea.com sebutkan diatas mengenai penyebab keputihan yang tidak normal, juga dapat disebabkan oleh penggunaan sabun beraroma tajam yang berlebihan yang dapat menyebabkan iritasi di sekitar vagina (vaginitis). Dengan begitu kondisi ini akan menyebabkan keputihan yang tidak normal akibat bakteri lebih mudah menginfeksi pada daerah yang teriritasi. Karena itu, Anda disarankan untuk menggunakan air hangat dan sabun tanpa kandungan bahan kimia yang keras ketika membersihkan area vagina.
Bagaimana menentukan secara pasti penyebab keputihan?
Selain mengenali ciri secara visual dari cairan dan gejala keputihan yang telah Luvizhea sebutkan diatas, untuk menentukan diagnosis penyebab keputihan dengan pasti sebaiknya Anda memeriksakan diri secara langsung ke Dokter Spesialis Kebidanan dan Kandungan (Obgyn) atau Dokter spesialis kulit dan kelamin. Dokter akan melakukan pemeriksaan fisik dan pemeriksaan lain yang diperlukan, seperti analisis dari sampel cairan keputihan, USG Abdomen, dan lain sebagainya.
Bahaya keputihan bila tidak segera diatasi
Infeksi vagina yang tidak dikelola dengan baik dapat menyebar ke sistem reproduksi bagian atas sehingga memicu radang, penyumbatan lubang dan saluran sistem reproduksi. Ini dapat mengakibatkan infertilitas atau kemandulan atau sulit memiliki keturunan.
Selain itu keputihan juga dapat menyebabkan radang panggul, infeksi saluran kencing, berkembang menjadi penyakit menular seksual, bahkan bisa menyebabkan kanker serviks atau kanker rahim.
Bahaya keputihan saat hamil trimester akhir
Walaupun keputihan normal terjadi saat masa kehamilan, keluarnya cairan keputihan pada usia hamil tua sebenarnya justru tidak normal, apalagi disertai gatal, bau, dan berwarna.
Bila itu terjadi, sebaiknya segera konsultasikan ke Dokter. Mengingat bila Anda memilih melahirkan secara normal, bayi akan keluar lewat saluran lahir. Bila vagina terinfeksi, maka ini bisa mengakibatkan radang selaput mata pada bayi.
Selain itu, bila keputihan yang terjadi diakibatkan oleh infeksi Trikomoniasis dan bakteri Vaginosis, maka hal itu dapat memicu kelahiran prematur, dan bayi yang lahir berisiko memiliki berat badan yang tidak memadai.
Waspadai juga bila usia kehamilan Anda belum mencapai 37 minggu tapi terdapat perubahan bentuk dan warna cairan yang keluar dari vagina, misalnya disertai darah, berubah warna menjadi cokelat atau merah muda. Karena kondisi ini dapat menjadi tanda kelahiran prematur.
Jadi bila ada yang bilang keputihan diakhir masa kehamilan itu menandakan bayi akan lahir dan membuat lancar proses persalinan. Sebenarnya itu anggapan atau mitos yang tidak benar. Karena yang membuat persalinan lancar bukan keputihan, melainkan air ketuban. Itulah mengapa, bila air ketuban pecah duluan, persalinan menjadi “seret”.
Cara mencegah dan mengurangi gejala keputihan
Keputihan yang normal sebenarnya tidak memerlukan penanganan khusus. Yang perlu dijaga adalah agar keputihan tersebut tidak berubah menjadi Abnormal.
Ada beberapa faktor risiko yang dapat menyebabkan keputihan timbul berulang, contohnya seperti daerah kewanitaan yang lembab, tidak bersih, daya tahan tubuh yang rendah. Sehingga pentingnya menjaga organ intim Anda tetap bersih dan kering, serta menjalani pola hidup sehat agar daya tahan tubuh meningkat.
Berikut beberapa hal sederhana yang dapat Anda lakukan untuk mencegah dan mengurangi gejala keputihan yang terjadi, diantaranya:
- Bersihkan daerah kewanitaan dengan air hangat, tanpa produk perawatan apapun. Karena vagina pada dasarnya adalah organ yang dapat membersihkan diri sendiri. Menggunakan cairan pembersih vagina justru berisiko merusak keseimbangan pH alaminya, sehingga dapat memicu Vaginosis Bakterial. Jadi, jangan terlalu sering menggunakan produk untuk daerah kewanitaan termasuk parfum (pewangi), bedak atau pembersih kewanitaan yang dijual bebas.
- Jangan terlalu sering menggunakan Pantyliner (alas yang bentuknya seperti pembalut tapi ukurannya lebih kecil dan sangat tipis dari pembalut biasa) karena akan menyebabkan kelembaban pada daerah vadina. Bila ingin menggunakan Pantyliner sebaiknya pilih yang tidak mengandung pewangi serta tidak digunakan selama lebih dari 4-6 jam.
- Gunakan celana dalam (CD) berbahan katun yang menyerap keringat, jangan gunakan celana atau celana dalam yang terlalu ketat, serta ganti bila celana mulai basah akibat keringat.
- Ganti pembalut setiap 4 jam sekali saat masa menstruasi (haid) untuk mencegah berkembangnya bakteri.
- Kompres dingin untuk meredakan gatal dan pembengkakan yang mungkin timbul saat keputihan.
- Konsumsi yoghurt bila Anda sedang dalam pengobatan antibiotik agar menurunkan risiko terkena infeksi jamur.
- Kurangi kegiatan yang membuat Anda sangat letih, kepanasan dan banyak mengeluarkan keringat, atau bila sudah melakukan aktivitas tersebut, segera mandi dan bersihkan tubuh Anda khususnya daerah intim.
- Konsumsi cukup air mineral untuk mengeluarkan racun dan bakteri dari tubuh.
- Buang Air Kecil secara teratur. Dan setelah Buang Air Kecil (BAK) sebaiknya cebok dengan membasuh kemaluan dari depan ke belakang bukan sebaliknya. Gunakan air bersih yang mengalir. Selain itu selalu keringkan daerah sekitar organ intim Anda setelah Buang Air Kecil untuk menjaganya tetap bersih dan kering.
- Hindari berhubungan dengan berganti-ganti pasangan. Gunakan kondom atau tunda hubungan seksual dengan suami setidaknya seminggu setelah pengobatan keputihan dilakukan.
- Hindari mandi atau berendam pada kolam umum atau berendam air hangat.
- Rutinlah melakukan pengecekan gula darah dan menjaga pola makan serta olahraga teratur.
- Hindari stres berlebih.
Mengobati keputihan abnormal pada wanita
Pengobatan keputihan yang diberikan pada setiap wanita akan berbeda-beda, disesuaikan dengan apa yang menjadi penyebab dari keputihan tersebut. Bisa dengan memberikan antibiotik dan anti jamur, atau antivirus bila keputihan tersebut diakibatkan oleh infeksi virus yang menyerang.
Pengobatan keputihan ini bisa diberikan dalam bentuk obat cair atau salep yang dioleskan atau dibasuhkan, bentuk tablet yang diminum, bentuk suntikan ataupun dalam bentuk pembedahan untuk mengangkat sebagian kecil jaringan leher rahim yang terinfeksi bakteri, virus atau jamur penyebab keputihan yang berulang.
Antibiotik untuk mengobati keputihan
Antibiotik yang umumnya digunakan untuk mengobati keputihan yang disebabkan oleh bakteri adalah Metronidazole, Doxycycline, Tetrasiklin, atau Azithromycin.
Pertimbangan jenis antibiotik yang digunakan ini harus berdasarkan jenis bakteri atau parasit tertentu yang menginfeksi. Karena antibiotik tidaklah sama antara satu dengan yang lainnya. Masing-masing memiliki cara kerja sendiri dan digunakan untuk mengobati jenis infeksi bakteri yang berbeda pula. Jadi, perbedaan infeksi membutuhkan jenis dan dosis antibiotik yang berbeda-beda. Oleh karena itu, untuk mengobati keputihan Anda, dianjurkan berkonsultasi dengan Dokter terlebih dahulu untuk mendapat antibiotik sesuai resep.
Penggunaan antibiotik secara bebas dan berlebihan dapat memicu resistensi antibiotik atau menyebabkan bakteri semakin kebal terhadap antibiotik. Bila ini terjadi, maka dibutuhkan antibiotik dengan potensi lebih kuat dan dosis lebih besar dalam membasmi bakteri dalam tubuh, sehingga juga berisiko menimbulkan efek samping yang lebih besar. Resistensi antibiotik ini bisa juga terjadi saat Anda tidak menghabiskan antibiotik yang telah diresepkan oleh Dokter.
Selain itu yang perlu Anda ketahui, penggunaan antibiotik ini tidak dapat mengobati keputihan akibat jamur ataupun virus. Dan bila pengobatan yang diberikan belum memberikan hasil yang diharapkan, ada baiknya Anda kembali lagi ke Dokter Spesialis Kulit dan Kelamin agar pengobatan yang diberikan bisa optimal. Dokter mungkin akan mengevaluasi pengobatan yang diberikan atau menggantinya bila diperlukan.
Salah satu contoh resep yang diberikan untuk mengobati keputihan yang diakibatkan oleh Vaginosis Bakterialis dan Trikomoniasis adalah Metronidazole dan Cetirizine.
Metronidazole ini dapat membersihkan bakteri-bakteri yang tumbuh terlalu banyak dari batas normal. Antibiotik ini diberikan dalam bentuk tablet dengan dosis 400-500 mg yang diminum dua kali sehari selama 5-7 hari. Terkadang, Anda bisa meminumnya dengan dosis single sebanyak 2 gram sehari, namun hal ini tidak disarankan pada wanita hamil. Sedangkan Cetirizine adalah Antihistamine yang dipergunakan untuk mengurangi rasa gatal.
Antijamur untuk mengobati keputihan
Pada kasus keputihan yang disebabkan oleh jamur, pengobatan yang tepat adalah dengan menggunakan antifungal seperti: Miconazole, Flukonazol, Ketoconazole, Itraconazole atau Nystatin.
Sama dengan penggunaan antibiotik, penggunaan obat anti jamur ini juga harus sesuai dengan resep Dokter. Karena ada beberapa efek samping yang bisa terjadi bila tidak diberikan secara tepat, terutama bila Anda sedang hamil atau menyusui.
Jadi ada baiknya Anda memeriksakan diri ke Dokter agar mendapat pemeriksaan secara langsung, sehingga diagnosis dari keluhan Anda dapat ditegakkan secara tepat serta mendapat terapi yang adekuat.
Antivirus untuk mengobati keputihan
Seperti yang telah disebutkan diatas, keputihan bisa terjadi akibat Infeksi Herpes Genital. Herpes Genital ini disebabkan oleh Virus Herpes Simpleks (HSV), sehingga untuk mengobati keputihan perlu diberikan antivirus seperti: Asiklovir, Famsiklovir dan Valasiklovir. Cara kerja antivirus-antivirus ini adalah dengan mencegah Virus Herpes Simpleks untuk menggandakan diri, sehingga bila gejala Herpes Genital berkurang maka keputihan yang menyertainya juga akan berkurang atau sembuh.
Baca juga: Tips dan cara mengatasi keputihan secara alami.