Bisakah kemoterapi mengobati kanker?

Beberapa waktu lalu sempat tayang sinetron Surat kecil untuk Tuhan yang diperankan oleh Nikita Willy di salah satu stasiun TV swasta, kita sering mendengar istilah kemoterapi untuk mengobati penyakit kanker. Dimana pengobatan kanker saat ini hampir selalu melibatkan operasi, penyinaran ataupun kemoterapi.

Kemoterapi sendiri berarti penggunaan zat kimia secara eksklusif berupa obat sitostatik untuk perawatan dan pengobatan kanker, autoimun dan penekanan transplant rejection. Tujuan kemoterapi pada penyembuhan kanker adalah menghambat atau menghentikan pertumbuhan sel sel kanker pada tubuh penderita. Pembelahan sel kanker terjadi sangat cepat, oleh karena itu prinsip kerja obat-obatan kemoterapi adalah menyerang fase tertentu atau seluruh fase pada pembelahan mitosis pada sel-sel yang berkembang dengan cepat.

Sebanyak 80% penderita kanker yang menjalani kemoterapi akan mengalami mual muntah dan juga mengalami penurunan jumlah trombosit, sel darah merah dan sel darah putih. Umumnya setelah pengobatan 2-3 minggu penderita akan mengalami kerontokan rambut, termasuk bulu mata dan alis dan akan tumbuh kembali setelah 4-8 minggu setelah pengobatan. Kemoterapi juga seringkali dapat menimbulkan mukositis yaitu perlukaan pada dinding saluran cerna atau rongga mulut, dan ganggungan syaraf tepi seperti kebas dan kesemutan pada jari kaki dan tangan.

Apakah kemoterapi bisa untuk mengobati kanker?

Sulit untuk menyebutkan demikian tanpa fakta-fakta yang langsung didapat dari penderita kanker yang menjalani terapi ini. Tapi jika kanker telah mencapai stadium 4, kesempatan untuk sembuh menjadi sangat kecil.

Kemoterapi sebenarnya bukan hanya metode pengobatan kanker yang digunakan pada stadium-stadium akhir saja, tapi juga pada terapi stadium awal (terapi adjuvant), dan bahkan juga digunakan sebelum dokter bedah memotong tumor (terapi neoadjuvant).

Pada tahap-tahap awal kanker, kemoterapi dapat digunakan untuk membasmi sel-sel kanker hingga pada titik dimana sel-sel tersebut tidak dapat tumbuh kembali. Untuk memastikan, perkembangan pasien dipantau hingga 5 tahun. Jika tidak terjadi pertumbuhan lagi, maka kemoterapi bisa disebut menyembuhkan. Pada tahap awal dan akhir, kemoterapi bisa menghambat kanker, dan menghentikan pembesaran dan penyebaran sel kanker ke organ-organ lain.

Di tahap atau stadium paling akhir, kemoterapi meskipun tidak bisa lagi mengendalikan penyebaran kanker, setidaknya bisa meringankan gejala-gejala yang muncul seperti rasa nyeri dan mengecilkan tumor yang menyebabkan pasien kesulitan untuk bernapas.

Baca juga: Mengobati kanker serviks dengan daun sirsak.

Cara meminimalisir efek samping kemoterapi dalam mengobati kanker

Banyak pasien kanker yang hendak menjalani kemoterapi memiliki ketakutan-ketakutan dan merasa ragu untuk menjalaninya, hal ini disebabkan oleh berbagai efek samping kemoterapi seperti yang Luvizhea.com sebutkan di atas. Ini wajar, efek samping kemoterapi bersifat sementara, dapat kembali normal setelah kemoterapi selesai. Tapi sebenarnya efek samping tersebut bisa ditanggulangi dengan metode-metode seperti berikut:

Mengatasi Mual-Muntah akibat kemoterapi

Yang bisa kita lakukan diantaranya:

Mengatasi Mielosupresi akibat kemoterapi

Salah satu efek samping dari kemoterapi adalah Mielosupresi. Mielosupresi berupa penurunan pada sel darah merah (anemia), darah putih, trombosit (pendarahan), dan lekosit (rentan terhadap infeksi). Disini, kita lebih ditekankan untuk melakukan tindakan pencegahan.

Mencegah Anemia setelah kemoterapi

Yang bisa kita lakukan diantaranya:

  1. Minum suplemen yang mengandung zat besi dan eritropentin sesuai resep dokter.
  2. Tidur yang cukup.
  3. Kurangi olah raga berat.
  4. Makan cukup yang mengandung zat besi seperti sayur hijau, hati, dan daging.
  5. Minum air putih yang cukup dan hindari kopi.

Mencegah pendarahan setelah kemoterapi

Yang bisa kita lakukan diantaranya:

  1. Lakukan sikat gigi perlahan jangan menggunakan dental floss dan mouthwash yang mengandung alkohol untuk mencegah gusi berdarah.
  2. Jangan batuk atau buang ingus terlalu keras untuk sehingga tidak terjadi mimisan.
  3. Banyak minum.
  4. Gunakan lipbalm jika bibir kering, jangan dikelupas.
  5. Jangan mengedan saat BAB.
  6. Jangan meminum obat tanpa sepengetahuan dokter.
  7. Hindari makanan mentah atau makanan yang keras yang sulit dicerna, sebaiknya konsumsi makanan yang berprotein tinggi, seperti daging ayam, keju, dan telur.
  8. Makan cukup dan bergisi serta hindari makanan terlalu banyak lemak.
  9. Gunakan sepatu yang nyaman di pakai dan baju longgar.
  10. Jangan sampai kelelahan atau Fatigue
  11. Jika ingin berolah raga,olah raga yang ringan-ringan saja.
  12. Tidur cukup.
  13. Minta tolong jika tidak mampu melakukan sesuatu.
  14. Terapi alternative seperti pijat, relaksasi, meditasi, yoga.

Mencegah diri dari infeksi setelah kemoterapi

Yang bisa kita lakukan diantaranya:

  1. Hindari situasi yang meningkatkan terkena infeksi.
  2. Untuk mencegah infeksi, biasakan cuci tangan dengan sabun antiseptik sebelum makan.
  3. Makanlah hanya makanan yang telah dimasak matang.

Mengatasi Rambut Rontok akibat kemoterapi

Tidak semua obat kemoterapi menyebabkan rambut rontok. Jika terjadi tetaplah percaya diri dan merasa cantik. Anda bisa menggunakan wig atau pelindung kepala. Dan seiring waktu rambut akan tumbuh kembali.

Mengatasi Sariawan akibat kemoterapi

Yang bisa kita lakukan diantaranya:

Selain cara mengatasi permasalahan dari efek samping kemoterapi diatas, kita juga harus memperhatikan faktor psikologis, karena hal itu juga sangat berpengaruh. Untuk itu dibutuhkan ketenangan dan kepercayaan diri dari pasien kanker, serta dukungan dari orang-orang terdekat yang dapat memberikan semangat dalam proses penyembuhan yang sedang berlangsung.

Pengaruh kemoterapi dalam mengobati kanker bagi orang disekitar penderita

Seperti yang Luvizhea.com kutip dari Dr Ronald A Hukom, MhSc, SpPD-KHOM dari RS Kanker Dharmais melalui Kompas, ternyata kemoterapi juga mempunyai efek yang bisa menimbulkan kanker kedua bagi penderitanya, paling sering kanker darah atau leukemia. Hal ini dikarenakan pertumbuhannya lebih cepat dibandingkan kanker lainnya. Jadi jika seseorang menjalani kemoterapi kanker payudara, jika tidak hati-hati dalam 48 jam setelah proses kemoterapi, resiko muncul kanker darah meningkat.

Begitupun dengan orang lain di sekitarnya, karena obat kemoterapi yang keluar dari tubuh penderita kanker seperti melalui muntah, urin, tinja ataupun darah bisa meningkatkan resiko kanker pada orang lain di lingkungan penderita kanker, makanya perlu berhati-hati 48 jam pertama setelah kemoterapi. Pasalnya obat kemoterapi punya efek menimbulkan kanker kepada orang di sekitarnya yang kontak dengan muntah, urin, feses, orang yang menjalani kemoterapi tersebut.

Tetapi yang perlu ditekankan disini, muntah, urin, tinja atau produk apa pun dari pasien yang menjalani kemoterapi baru bisa bersih dalam dua hari atau 48 jam. Dan bukan berarti keluarga penderita kanker harus memisahkan diri, misalnya tidak menggunakan toilet yang sama. Boleh saja pakai toilet yang sama, asal yakin perilaku pasien di toilet benar atau misalnya menyiram bekas urin dengan benar.

Efek kemoterapi yang menimbulkan kanker pada orang lain, bukan hanya pada pasien, terbukti pada perawat yang bekerja di ruang pencampuran obat kemoterapi yang tidak menggunakan pelindung, seperti sarung tangan, dia dapat terkena kanker 15-20 tahun kemudian.

Baca juga: Kenali sejak dini kanker Payudara pada wanita dan laki-laki.

Categories:
Tags: ,
Berbagi artikel di: